Banyak yang mengklaim Raja Ampat sebagai salah satu tempat dalam Bucket List yang ingin dikunjungi. Berkunjung ke kawasan kepulauan yang terdiri dari 1.500 pulau kecil yang sebagian besar tidak berpenghuni dengan empat pulau utama, yaitu Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo, ini memang akan meninggalkan kesan mendalam, sehingga dapat dimengerti mengapa banyak orang ingin ke sini. Cantik di atas maupun di bawah laut, di mana sebagian besar titik yang belum tersentuh manusia, tak heran bila biota laut di Raja Ampt pun sangat beragam. Terdapat setidaknya 1.200 spesies ikan dan 75 persen spesies terumbu karang dunia tumbuh di Raja Ampat, belum termasuk jajaran pantai-pantai indah dengan pasir putih dan tebing-tebing karst yang menjulang di antaranya.
HARI 1
Tibalah hari untuk akhirnya dapat mencoret salah satu tempat di Bucket List. Sorong menjadi gerbang untuk menuju Raja Ampat, yang dapat ditempuh dengan penerbangan dari Jakarta dengan transit terlebih dulu di Makassar. Sekitar pukul 08:00 WIT, Alimuddin dan perwakilan dari Motorola dan Get Lost tiba di Bandara Domine Eduard Osok yang kian hari kian sibuk melayani penerbangan, di mana hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Raja Ampat. Setelah mengambil bagasi, rombongan menuju Pelabuhan Rakyat Sorong di daerah Malawei, yang ditempuh sekitar 15 menit perjalanan naik mobil sembari menikmati suasana Sorong di pagi hari, untuk naik feri menuju Waisai, ibu kota Raja Ampat.
Perjalanan dengan kapal Expres Bahari sekitar dua jam perjalanan dan tentu saja hal ini menjadi pemanasan untuk mengitari Raja Ampat untuk beberapa hari ke depan. Dua jam berlalu, peserta perjalanan tiba di Pelabuhan Waisai dan dilanjutkan menuju Afu Dive Resort yang akan diinapi selama di Raja Ampat. Resor yang berlokasi tak jauh dari Bandar Udara Marinda ini memiliki beberapa pondok penginapan yang terapung di atas air (disebut Afu Laut) dan terhampar di atas pasir (disebut Afu Darat).
Setelah melakukan perjalanan panjang dari Jakarta, peserta beristirahat sembari menyantap sajian makan siang. Sisa hari itu dihabiskan dengan mengitari kawasan sekitar resor, seperti jalan-jalan menuju jembatan kayu yang berada di perairan depan resor, dilanjutkan dengan snorkeling di sekitaran tempat menginap.
HARI 2
Jadwal perjalanan di hari kedua cukup padat, makanya sejak pagi rombongan sudah bersiap dekat dermaga selepas menikmati sarapan. Pagi itu rombongan dibawa menuju Teluk Kabui yang berada di antara Pulau Gam dan Waigeo. Teluk Kabui merupakaan kawasan perairan yang dihiasi puluhan pulau karang dan hamparan hutan bakau. Pagi itu rombongan berkesempatan untuk mengitari teluk yang memiliki perairan dangkal, makanya sang nakhoda sengaja mematikan mesin kapal agar baling-baling mesin tidak merusak terumbu karang.
Pagi itu Kabui memancarkan aura mistis melalui dinding-dinding tebingnya yang memuat serakan tengkorak. Walau di sini terdapat gua-gua yang dipenuhi stalagmit dan stalaktit, namun pengunjung tidak disarankan memasuki gua-gua tersebut karena beberapa di antaranya terendam air saat pasang. Penyusuran berlanjut ke Batu Pensil yang menjadi salah satu titik ikonik di Teluk Kabui. Walau julangan karst tersebut tidak terlalu mirip pensil, namun warga setempat menyebutnya begitu, sehingga kemudian namanya resmi menjadi Batu Pensil. Sebelum menikmati makan siang, peserta diajak untuk mengunjungi Pulau Mainyafun yang disebut juga Bukit Raja dan merupakan salah satu titik terbaik untuk menyaksikan pemandangan aerial Teluk Kabui.
Setelah perut terisi dengan aneka hidangan laut yang lezat, perjalanan pun dilanjutkan ke Friwen Mondai, sebuah pulau kecil yang menjadi salah satu lokasi penyelaman favorit di Raja Ampat. Tanpa menunggu terlalu lama, setiap peserta segera mempersiapkan perlengkapan snorkeling dan menceburkan diri di air yang terasa menyegarkan di tengah hari itu. Menyelam di Friwen Mondai, siapa pun akan menemukan hamparan terumbu karang dalam kondisi baik dan berjumlah banyak. Variasi karang-karang ini berjajar di kedalaman sekitar tiga hingga empat meter. Jika menjelajah lebih lanjut, terdapat slope yang menjorok hingga belasan meter.
Hari yang beranjak sore tak membuat Alimuddin dan peserta perjalanan lainnya menghentikan kegiatan snorkeling mereka karena mesti kembali ke resor. Perjalanan pulang menuju resor didukung keadaan laut tenang dan pemandangan matahari bergerak turun ke peraduannya.
HARI 3
Mentari terbit menjadi penanda petualangan baru yang akan dilakoni dari hari ketiga di Raja Ampat. Rombongan tetap semangat, walau dari pukul delapan pagi sudah berada di kapal yang akan membawa mereka ke Pianemo atau yang berjuluk Mini Wayag di bagian barat Pulau Gam. Beberapa tahun lalu, pengunjung Pianemo mesti mendaki tebing karang yang tajam untuk mencapai puncaknya, namun sejak kedatangan Presiden Joko Widodo pada 2016, kini tersedia tangga untuk menuju menara yang akan menyajikan pemandangan pulau-pulau karang. Tak jauh dari Pianemo, terdapat laguna yang berbentuk seperti bintang atau yang kemudian populer dengan sebutan Star Lagoon, yang untuk menikmati pemandangannya dari atas, pengunjung harus sedikit mendaki bukit karang yang tajam.
Dari Pianemo, perjalanan dilanjutkan ke Desa Arborek, yang juga kerap disinggahi para penyelam karena berada dekat dengan area cleaning station manta pari. Artinya, di area ini para penyelam dapat bertemu dengan manta yang kerap seliweran di waktu-waktu tertentu. Di Desa Arborek para wisatawan dapat membeli aneka kerajinan tangan yang dibuat penduduk setempat, seperti topi yang terbuat dari anyaman pandan hutan. Bila sedang ramai turis, warga desa ini juga kerap memberikan tarian penyambutan.
Meninggalkan Arborek yang begitu berkesan, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Desa Yenbuba yang juga merupakan salah satu desa wisata yang baru dikembangkan di Raja Ampat. Suasana khas pedesaan pesisir serta keramahan warga langsung terasa menyambut peserta. Yenbuba menjadi lokasi yang tepat untuk menyelam karena terumbu karang yang terhampar di sini tidak mengecewakan. Tak perlu jauh-jauh hingga ke tengah laut, Alimuddin dan rekan-rekan seperjalannya cukup berenang dan menyelam dari sebelah dermaga yang sudah menawarkan pemandangan bawah laut yang memesona.
Perjalanan di hari ketiga terasa cepat berlalu, mungkin karena semua peserta begitu menikmati setiap tempat wisata yang dikunjungi. Di sisa hari, rombongan masih memiliki satu destinasi yang akan dikunjungi, yaitu pasir timbul di Pulau Mansuar yang hanya dapat dikunjungi ketika air laut sedang surut. Sore itu masing-masing peserta hanya duduk-duduk santai di tepian pantai yang beralaskan pasir putih yang sehalus seperti tepung, sembari mengabadikan momen menggunakan Moto G5S Plus yang unggul dengan fitur kamera belakang ganda 13 MP yang mampu menciptakan hasil jepretan layaknya karya fotografer profesional.
HARI 4
Perjalanan yang tinggal menyisakan dua hari membuat peserta ingin memaksimalkan setiap waktu untuk menikmati kunjungan tak terlupakan ke Raja Ampat. Di hari keempat, rombongan lebih banyak menghabiskan waktu di Pulau Wayag yang terletak di Desa Waigeo. Karena perjalanan dari penginapan cukup jauh, yaitu membutuhkan sekitar empat jam perjalanan naik kapal, peserta harus berangkat sepagi mungkin. Puncak Wayag menawarkan panorama alam yang fantastis, walau untuk menikmatinya mesti melewati jalan yang curam dan mendaki bukit karang yang kemiringan hingga 90 derajat dan tentu saja membutuhkan fisik yang prima untuk mendakinya. Setelah 30 menitan mendaki, akhirnya semua peserta tiba dengan selamat di puncak untuk menikmati pemandangan indah berupa gugusan pulau karang yang terhampar di perairan bewarna pirus.
Tak hanya cantik di permukaan saja, perairan sekitar Pulau Wayag menjadi kesenangan tersendiri bagi para penyelam, tentu saja karena keragaman biota laut yang dimiliki. Selama di Wayag, rombongan berkesempatan menyaksikan langsung pemandangan cantik bawah laut di beberapa spot yang dipilih oleh pemandu. Walau mesti jauh-jauh ke Wayag, tapi segalanya sepadan dengan yang didapat. Eksplor Pulau Wayag menjadi destinasi terakhir rombongan selama di Raja Ampat.
HARI 5
Selama empat hari bermain air laut dan menepi di pulau-pulau cantik, waktunya untuk kembali ke dunia, meninggalkan surga cantik bernama Raja Ampat. Peserta sudah berkumpul dekat dermaga sejak pukul delapan pagi untuk kembali ke kota Sorong menggunakan kapal KM Express Bahari. Perjalanan dua jam itu dihabiskan dengan sebagian peserta melanjutkan tidur yang terpotong karena mesti bangun terlalu pagi kala itu.
Tiba di Sorong, waktunya untuk mencari oleh-oleh untuk dibawa pulang, seperti roti abon gulung yang selalu diburu wisatawan. Roti dengan pilihan rasa abon sapi dan abon tuna ini juga diberi tambahan keju atau cokelat yang tersedia di toko suvenir di Bandar Udara Domine Eduard Osok. Selepas tengah hari, seluruh rombongan menaiki pesawat untuk kembali ke Jakarta dan mesti berpisah dengan salah satu surga tercantik di timur Indonesia.