Ulos Khas Suku Batak, Lebih dari Sekadar Kain

Suku Batak termasuk suku Melayu Tua, sehingga kain ulos mereka pun merupakan hasil peradaban tertua di Asia yang sudah ada sejak 4.000 tahun lalu. Ulos bahkan telah ada jauh sebelum bangsa Eropa mengenal tekstil.

Ulos lebih dari sekadar kain cantik karena setiap motifnya mengandung makna dan merupakan representasi dari semesta alam. Di masa lampau, perempuan-perempuan Batak bangga menenun, memakai, dan mewariskannya kepada keluarga sebagai suatu pusaka.

Ulos juga terkadang diberikan kepada wanita yang sedang mengandung supaya mempermudah lahirnya sang bayi ke dunia dan untuk melindungi sang ibu dari segala mara bahaya yang mengancam saat proses persalinan.

Karena masing-masing ulos memiliki makna dan fungsi yang berbeda, ada baiknya bertanya pada orang yang mengerti makna ulos sebelum membeli dan mengenakannya.

Misalnya, ulos sadum yang warnanya cerah dipakai untuk suasana sukacita. Ulos mangiring diberikan kepada anak pertama yang baru lahir agar anak tersebut dapat membimbing adik-adiknya. Sementara ulos antak-antak hanya dikenakan saat mengunjungi rumah duka atau melayat orang meninggal.

Tradisi pemberian ulos ini sendiri dikenal sebagai mangulosi. Dalam setiap kegiatan, dari upacara pernikahan, kelahiran, dan dukacita, ulos selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan. Ulos umumnya hanya diberikan kepada kerabat yang di bawah kita (misalnya, dari orangtua kepada anak), dan harus sesuai maknanya (misalnya, ulos ragi hotang untuk diberikan kepada sepasang pengantin).

Kalau tak asing dengan songket khas Palembang, cara membuat ulos ini serupa, yakni menggunakan alat tenun bukan mesin. Warna dominan ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Proses pengerjaan yang rumit dan lama menjadikan kain ini memiliki harga jual yang cukup tinggi.

Kalau tertarik berbelanja ulos, kamu bisa mengunjungi toko-toko suvenir yang ada di Medan, seperti Deli Maya Sari di Jl. Yos Sudarso. Kamu juga bisa membelinya saat mengunjungi Samosir, seperti toko suvenir di Huta Siallagan atau destinasi wisata lainnya.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here