Sebelum Naik Gunung, Kenali Gejala Hipotermia dan Cara Mengatasinya

Kasus pendaki gunung yang meninggal dunia karena hipotermia kembali terjadi di Gunung Bawakaraeng. Gunung setinggi 2.845 mdpl ini memang banyak menelan korban karena kedinginan saat mendaki di musim hujan.

Hipotermia sendiri merupakan salah satu penyakit paling mematikan di gunung. Kondisi ini terjadi ketika suhu tubuh menurun drastis hingga di bawah 35 derajat Celsius. Hal tersebut menyebabkan fungsi sistem saraf dan organ tubuh lainnya terganggu, dan bila tak segera ditangani, akan menyebabkan gagal jantung, gangguan sistem pernapasan, dan bahkan kematian.

Karena itu, sebelum memulai pendakian, kamu beserta teman pendaki lain yang berada dalam satu tim wajib mengetahui gejala-gejala hipotermia dan cara mengatasinya.

Gejala yang umum terjadi adalah tubuh menggigil. Hal ini masih bisa diatasi dengan menghangatkan tubuh. Namun seiring waktu, gejala tersebut bisa semakin parah bila tidak segera ditangani. Berikut beberapa gejala yang patut diwaspadai.

  • Sulit berbicara, bibir berwarna kebiruan.
  • Pupil mata melebar.
  • Tubuh kaku dan sulit bergerak.
  • Menggigil dalam waktu lama.
  • Lemas atau mengantuk.
  • Penurunan kesadaran.
  • Sesak napas, hingga napas melambat.
  • Jantung berdebar, hingga denyut jantung melambat.

Sebelum bantuan medis tiba, lakukan sejumlah tindakan berikut untuk membuat suhu tubuh normal.

  • Pindahkan ke tempat yang lebih kering dan hangat.
  • Hindari menggosok tangan penderita karena bisa memicu serangan jantung. Sebagai gantinya, gosok telapak tangan kita, dan bila sudah hangat, tempelkan ke telinga atau bagian tubuh lain penderita yang paling dingin.
  • Lakukan penghangatan di dalam naungan atau tenda.
  • Hindari paparan angin dan udara.
  • Ganti pakaian yang basah dengan yang kering.
  • Tutupi tubuh dengan selimut ekstra atau jaket tebal agar hangat.
  • Bila masih bisa menelan, berikan minuman hangat yang tidak mengandung kafein.
  • Hindari penggunaan panas secara langsung, seperti air panas, bantal pemanas, atau lampu pemanas karena bila berlebihan justru merusak kulit dan menyebabkan denyut jantung tak teratur.
  • Kompres hangat (menggunakan botol atau handuk) bisa diberikan pada leher, perut, atau dada. Hindari bagian kaki atau tangan karena bisa mendorong darah yang dingin kembali ke jantung, paru-paru, dan otak.
  • Jangan panik, dan pantau terus kondisinya hingga bantuan medis tiba.

Untuk mencegah terjadinya hipotermia, kamu bisa melakukan hal-hal berikut ini.

  • Berpakaian yang tepat saat mendaki gunung.
  • Segera ganti pakaian bila basah. Penggunaan pakaian yang basah dalam durasi lama bisa menyerap panas pada tubuh.
  • Jaga perut tetap terisi. Bawa pula camilan yang manis dan mengandung banyak kalori, seperti cokelat, agar tubuh memiliki energi untuk memanaskan tubuh.
  • Jangan memaksa melanjutkan pendakian bila suhu tubuh kurang dari normal.
  • Jadilah pendaki yang bisa diandalkan dalam situasi darurat. Cari pula teman pendaki yang bisa kamu andalkan.
  • Segera informasikan kondisi tubuh ke sesama pendaki dalam satu tim bila mengalami gejala hipotermia. Hal ini penting agar mereka bisa membantu menanganinya.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here