Liburan di Cirebon? Yuk Gowes sambil Wisata Lewati 5 Tempat Ini

Sebagai destinasi, Cirebon memiliki sejumlah daya tarik yang tak kalah dengan tujuan liburan favorit lainnya di Indonesia. Berlokasi strategis di antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, kota ini menawarkan berbagai atraksi sejarah dan budaya yang tak cuma menarik untuk dijelajahi, namun juga punya sudut-sudut fotogenik yang unik untuk diabadikan.

Nah, biar pengalaman liburanmu lebih berkesan, kamu bisa sekalian bersepeda untuk mengunjungi tempat-tempat wisata di Cirebon. Tak hanya menyehatkan tubuh, kegiatan ini juga memungkinkan kamu untuk menikmati sisi lain kota dari atas sepeda.

Untuk rutenya sendiri, kamu bisa mengikuti rekomendasi kami berikut ini dengan total jarak tempuh 10 km.

  1. Keraton Kasepuhan

Keraton Kasepuhan dapat menjadi titik awalmu untuk bersepeda menjelajahi Cirebon. Buat yang tak pernah berkunjung ke sini, kamu bisa sekalian memasuki bagian dalam keratonnya.

Dibangun sejak abad 14, keraton ini merupakan satu-satunya bangunan terakota di Indonesia yang masih utuh. Walau dibangun sebagai kerajaan Islam, kamu bisa menjumpai jejak multikulturalisme di tiap sudut bangunannya, dari facade batu bata tanpa lapisan semen khas arsitektur Hindu, ukiran motif Megamendung khas Cirebon, keramik Tiongkok warna-warni, hingga pernak-pernak lainnya yang khas Timur Tengah maupun Eropa.

  1. Keraton Kanoman

Dari Keraton Kasepuhan, lanjutkan gowes sekitar satu kilometer menuju Keraton Kanoman. Akses jalannya melalui keriuhan Pasar Kanoman, sehingga berkunjung ke sini memang lebih baik dengan bersepeda.

Seluas enam hektar, keraton ini menyimpan banyak barang bersejarah peninggalan kesultanan Kanoman, termasuk kereta kencana Paksi Naga Liman dan Jempana. Seperti situs bersejarah di Cirebon lainnya, keraton ini punya dinding-dinding yang berhiaskan piring-piring porselen asli Tiongkok, sementara di halamannya terdapat patung harimau sebagai lambang Prabu Siliwangi.

  1. Vihara Dewi Welas Asih

Puas berkeliling di Keraton Kanoman, gowes kembali ke arah Pasar Kanoman, lalu susuri Jalan Rasuketan dan Jalan Kantor hingga tiba di Vihara Dewi Welas Asih. Terdapat plang bertuliskan nama wihara tersebut di pinggir jalan, selain pintu masuk berhiaskan ornamen naga yang khas, sehingga kamu tak akan melewatkannya.

Foto: Instagram @rn.pratiwi_

Diperkirakan sudah ada sejak 500 tahun lalu, wihara ini terbagi menjadi beberapa bangunan yang berhiaskan ornamen khas Tiongkok, seperti patung naga di bagian atap maupun sejumlah ukiran di tiang penyangga. Kamu yang non-Buddha tetap dapat mengunjungi wihara ini untuk mengagumi arsitekturnya, namun pastikan untuk tidak mengganggu umat yang sedang beribadah ya!

  1. Taman Sari Gua Sunyaragi

Dari Keraton Kanoman, kamu dapat gowes sejauh 4 km via Jalan Kesambi untuk menuju Taman Sari Gua Sunyaragi. Lokasi persisnya di Jalan Sunyaragi No. 5.

Foto: Instagram @sebastianjasonn

Sesuai namanya, kompleks gua seluas 15 hektar ini dibangun dengan bentuk gunungan, lengkap dengan terowongan dan saluran air. Konon, tempat ini dahulu merupakan tempat peristirahatan maupun meditasi para Sultan Cirebon dan keluarganya. Karena bentuknya yang unik, situs berusia tiga abad ini sering digunakan sebagai latar berfoto.

  1. Empal Gentong H. Apud

Lelah bersepeda, kini saatnya memanjakan perut yang kelaparan dengan menu khas Cirebon. Apalagi kalau bukan empal gentong!

Menu mirip gulai ini berisi usus, babat, dan daging sapi yang dimasak di dalam periuk tanah liat di atas kayu bakar dari pohon mangga, serta disajikan dengan daun kucai dan sambal dari cabai kering giling. Salah satu tempat terbaik untuk mencicipinya adalah di Rumah Makan Empal Gentong Haji Apud.

Foto: Instagram @bubueataway

Ada tiga lokasi rumah makan yang bisa kamu kunjungi, yakni pusatnya yang berada di Jalan Ir. H. Juanda No. 24, serta dua cabangnya yang berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata No. 5 dan Jalan Tuparev No. 43B. Kalau mengikuti rute ini, disarankan menuju cabang yang disebutkan terakhir karena lokasinya paling dekat dari Taman Sari Gua Sunyaragi, yakni sekitar 3,7 km via Jalan Brigjen Darsono and Jalan Pecilon Indah.

Di tempat tersebut, kamu juga bisa sekalian mencicipi empal asem. Menu ini mirip empal gentong, namun tak berkuah santan, melainkan berkuah bening yang dicampur belimbing wuluh segar.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here