Berlari di Pantai Padang Galak, Sekalian Berburu Foto di Taman Bali Festival

Foto: Dok. Google Maps/Angela Beer

Sedang mencari tempat joging yang antimainstream di Bali? Coba arahkan kendaraan ke Desa Kesiman Petilan di timur Denpasar, sekitar 30-40 menit dari kawasan Kuta. Di sana, kamu bisa menjumpai Pantai Padang Galak yang menyuguhkan pemandangan laut maupun hamparan pasir hitam.

Berbeda dengan pantai tetangganya di kawasan Sanur yang lebih ramai, suasana di Pantai Padang Galak tergolong sepi, kecuali di saat-saat tertentu ketika sejumlah acara digelar di sini, seperti festival layang-layang yang biasa diadakan antara Juli-Agustus.

Tak jarang, pantai ini juga dimanfaatkan untuk ritual melukat atau menyucikan diri. Pasalnya, air di sini dipercaya memiliki kemurnian, terlebih di area sekitar Pura Campuhan Windhu Segara yang posisinya unik, yakni merupakan tempat pertemuan antara aliran air sungai dengan air laut.

Di luar itu, kamu bisa menikmati pantai ini tanpa mesti berpapasan dengan keramaian pengunjung, terutama di pagi hari ketika suasananya lebih sunyi dan bagai pantai privat. Selain menyaksikan keindahan matahari terbit, kamu bisa berolahraga di trek jogingnya yang sudah di-paving block, pas untuk berjalan santai ataupun berlari.

Foto: Dok. Google Maps/Thomas Zühl

Patut diingat kalau di sepanjang jalur tersebut tidak ada pepohonan yang teduh. Karena itu, hindari datang di siang hari ketika sinar matahariya bisa sangat terik dan menyegat. Selain pagi, sore bisa menjadi waktu terbaik untuk berkunjung kemari.

Selain berlari, aktivitas lain yang bisa kamu lakukan di sini adalah berburu foto. Bukan hanya area pantai saja yang bisa kamu potret, namun juga sejumlah spot lainnya, seperti Taman Festival Bali.

Foto: Dok. Google Maps/Caryn Jen

Dulunya, tempat ini merupakan taman bermain yang populer. Namun sudah lebih dari dua dekade tempat tersebut dibiarkan terbengkalai. Sebagian bangunannya masih utuh, sementara yang lain hanya menyisakan kerangkau atau hanya tinggal puing-puing saja. Seluruhnya ditumbuhi lumut atau tanaman rambat, sementara semak belukar maupun pepohonan hijau tampak terlihat di mana-mana.

Meski terkesan suram dan mistis, banyak yang datang kemari untuk mendapatkan latar foto yang unik. Terlebih, dinding-dinding bangunannya dipenuhi coretan maupun graffiti yang menambah estetika.

Foto: Dok. Google Maps/Cokorda Sarotama

Karena areanya cukup besar, butuh setidaknya satu jam untuk mengitarinya. Oh ya, jangan lupa oleskan losion antinyamuk sebelum masuk, karena serangga pengisap darah ini menjadi penghuni tetap kawasan tersebut.

Beranjak dari Taman Festival Bali, lanjutkan kegiatan berlarimu hingga mencapai ujung timur pantai tempat Pura Campuhan Windhu Segara berada. Setelah itu, tergantung pilihan, kamu bisa beristirahat di sana, atau kembali berlari menuju titik awal.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here