Seni adalah ekspresi mendalam dari kreativitas manusia yang tak terbatas. Dalam dunia seni abstrak, garis-garis, warna, dan bentuk bebas berdansa di atas kanvas, menciptakan karya-karya yang menginspirasi dan menggerakkan hati dan jiwa.
Pameran terbaru di Art Agenda Jakarta, Dawai, mempersembahkan karya seni abstrak yang merayakan harmoni visual dan musik. Pameran ini adalah sebuah perjalanan ke dalam dunia seni rupa abstrak, melalui mata dan jiwa seniman Indonesia, Handrio (1924-2010).
Di Balik Dawai
Handrio adalah salah satu pionir seni abstrak geometri di Indonesia. Bersama dengan rekan senimannya, Fadjar Sidik (1930-2004), ia memperkenalkan dan mengembangkan seni abstrak yang unik. Walaupun seni abstrak ini terpengaruh oleh gaya Barat, Handrio dan Fadjar Sidik berhasil memberikan sentuhan khas Indonesia dalam karya-karya mereka.
Pameran Dawai menjadi kesempatan bagi pengunjung untuk menjelajahi dunia seni Handrio, yang secara mendalam mencerminkan hubungan antara seni dan musik. Dalam sebagian besar karyanya, audiens dapat merasakan pengaruh kuat musik, terutama dari alat musik berdawai. Dawai-dawai cello (selo) yang bergetar menjadi inspirasi untuk eksplorasi bentuk dan warna dalam karyanya.
Karya-Karya yang Menginspirasi
Salah satu karya menarik dalam pameran ini adalah ‘Komposisi’ (1963). Lukisan ini menciptakan harmoni visual dengan mengubah instrumen musik berdawai menjadi bentuk geometris yang bergetar. Pertanyaan mendasar muncul: apakah karya ini masih dapat dianggap sebagai representasi alat musik, atau sebuah komposisi visual yang dinamis? Karya ini mengundang pengunjung untuk merenung tentang hubungan antara seni, musik, dan abstraksi.
Selama periode pergolakan politik di Indonesia pada 1960-an, Handrio memasukkan elemen organik dengan makna metaforis ke dalam karyanya. Lukisan seperti ‘Village Scene’ (1970) menggambarkan rumah dan pohon sebagai bentuk dasar yang dipadatkan dan ditempa menjadi komposisi estetis yang menarik perhatian. Selama masa yang penuh ketidakpastian, warna-warna yang digunakan mencerminkan harapan akan masa depan yang lebih baik.
Karya-karya seperti ‘Abstraksi’ (1979) menunjukkan kemampuan Handrio dalam memecah objek still-life menjadi bentuk tidak teratur yang masih memiliki daya tarik yang kuat. Kombinasi warna-warna terang dan gelap membangkitkan pertanyaan apakah objek-objek ini ada di depan satu sama lain atau ada dalam satu bidang yang sama.
Seni Lukis dan Musik dalam Pameran Dawai
Salah satu hal yang paling menarik tentang pameran Dawai adalah cara Handrio menggabungkan seni dan musik. Sebagai seorang pemain selo yang berbakat, ia mempertanyakan sifat lukisan dibandingkan dengan musik. Mengapa seni lukis harus menggambarkan sesuatu? Mengapa seni lukis tidak bisa seperti musik, hanya bergantung pada warna dan bentuk, dan menciptakan harmoni visual?
Melalui karya-karyanya seperti ‘Dinamika Keruangan’ (1980) dan ‘Dinamika Ruang’ (1981), Handrio menciptakan ilusi kedalaman ruang dengan kombinasi warna yang kontras dan komposisi yang dinamis. Karya-karya ini membawa kita dalam perjalanan melintasi harmoni abstrak yang memukau.
Pameran Dawai di Art Agenda Jakarta berlangsung hingga Minggu, 26 November 2023. Pameran buka tiap Rabu hingga Minggu pukul 12:00 hingga 19:00 (tutup hari Senin, Selasa, dan hari libur nasional). Art Agenda Jakarta terletak di Wisma Geha Lantai 4, Jl. Timor No. 25, Menteng, Jakarta Pusat.