Cut The Mountain And Let It Fly, Pameran Karya Eko Nugroho di ROH

Foto: Dok. ROH Projects

ROH Projects tengah menggelar pameran tunggal bertajuk Cut The Mountain And Let It Fly. Pameran ini merupakan pameran pertama seniman ternama Eko Nugroho bersama ROH.

Melalui pameran ini, Nugroho meninjau bahasa visual dan komentar sosiopolitik yang telah ia kembangkan selama lebih dari dua dekade dalam praktik seninya yang beragam. Beragam karya patung baru dan sebuah patung monumental dibuat secara spesifik untuk Galeri Orange.

Karya-karya ini berbincang dengan karya-karya kertas, bordir, lukisan, serta mural spesifik-situs yang menghiasi bagian utama ruang galeri ROH. Sebagian besar karyanya berbicara tentang kompleksitas situasi politik dan budaya di Indonesia sebagai negara demokrasi yang masih berkembang, sambil menyentuh aspek-aspek manusiawi di dalam diri kita.

Foto: Dok. ROH Projects

Judul pameran Cut The Mountain And Let It Fly sendiri merujuk pada karya mural terbesar yang pernah dibuat oleh Nugroho pada 2009 untuk Biennale de Lyon ke-10: The Spectacle of the Everyday di Lyon, Prancis. Karya mural tersebut menggambarkan gunung yang melayang dan terbelah menjadi dua, yang dalam konteks lokal menjadi kritik jenaka terhadap tradisi Mooi Indie, yaitu gaya visual khas Indonesia yang berasal dari masa penjajahan. Pada pameran ini, teks ‘Cut The Mountain And Let It Fly’ dicetak pada kaos yang dikenakan oleh figur patung lelaki bernama Everyone Building Hope, yang terlihat amat realistis, seolah-olah mengisyaratkan bahwa tradisi tersebut telah berlalu.

Kemudian ada seri karya ‘Half Hero Half Stone’ yang berupa dua belas patung monokromatik berwarna mencolok. Karya tersebut dipajang di sekitar Galeri Apple. Setiap patung mengambil wujud berbagai figur yang pernah diciptakan oleh Nugroho sejak awal kariernya.

Foto: Dok. ROH Projects

Di bawah atap langit-langit Galeri Orange, berdiri pula patung spesifik-situs berukuran monumental yang bernama ‘We Are Human’. Patung tersebut menggambarkan sebuah robot berbentuk bola dan berkaki lima, dengan patina yang menunjukkan bahwa robot tersebut telah melalui masa sulit. Sejumlah pasangan mata terlihat dari tubuh robot, mengacu pada konsep saat ini yang memungkinkan kita untuk melihat ke berbagai arah secara bersamaan melalui berbagai platform media sosial.

Karya mural ‘Cut The Mountain And Let It Fly #2’ yang menjadi latar belakang untuk patung ‘We Are Human’ menggambarkan sosok-sosok setinggi gunung sedang beraksi dan bertentangan satu sama lain, mengacu pada makna ‘cut’ sebagai bentuk penyerangan. Selain ‘Everyone Building Hope’, enam patung  seukuran manusia disebar di seluruh ruang pameran, membahas topik-topik seperti pekerjaan dan potensi perbudakan.

Foto: Dok. ROH Projects

Sebuah karya bordir berjudul ‘Tak Ada Mati’ yang dikomisionari oleh penulis Eka Kurniawan turut dipamerkan. Karya ini menampilkan dua figur dengan identitas yang kabur berinteraksi satu sama lain. Pengunjung diundang untuk menjumpai, merasakan, dan mempertimbangkan hubungan mereka dengan dunia luar.

Jam Operasional

Pameran ‘Cut The Mountain And Let It Fly’ terbuka untuk umum hingga 13 Agustus 2023. Jam operasional mulai pukul 13:00 hingga 19:00 untuk Rabu hingga Jumat, serta mulai pukul 11:00 hingga 19:00 untuk Sabtu dan Minggu. Untuk informasi lebih lanjut seputar pameran ini, kunjungi situs resminya di www.rohprojects.net atau ikuti akun Instagram @rohprojects.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here