Nama Gunung Hauk mungkin masih terdengar asing bagi sebagian besar wisatawan. Namun tidak halnya bagi para pendaki maupun pencinta alam di Kalimantan Selatan.
Gunung yang terletak di Desa Ajung, Kecamatan Tinggi, Kabupaten Balangan ini disakralkan oleh warganya yang mayoritas suku Dayak Pitap dan sering dijadikan untuk lokasi sejumlah upacara adat, seperti Aruh Baharin untuk perwujudan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
Di sini pulalah para pendaki dapat menggapai puncaknya yang setinggi 1.325 mdpl itu untuk menikmati keindahan alamnya yang masih asri. Uniknya, ada mitos unik di gunung ini, yakni wajib membawa jas hujan karena hujan pasti turun saat melakukan pendakian, meski saat itu sedang musim kemarau.
Konon, hujan tersebut dipercaya dapat ‘membersihkan’ tubuh pendaki, sehingga mereka berada dalam keadaan suci setibanya di puncak. Terlepas dari mitos tersebut, tak ada salahnya untuk membawa jas hujan untuk berjaga-jaga saat mendaki di sini.
Untuk mendaki Gunung Hauk, kamu mesti menuju Desa Ajung terlebih dahulu, desa terakhir sebelum mengawali pendakian menuju puncak. Kalau dari pusat kota Banjarmasin, kamu bisa mencapainya dengan berkendara selama sekitar lima jam.
Memasuki kawasan desa, jalur yang tadinya beraspal berubah menjadi berbatu dengan kontur naik turun. Pastikan berkendara dengan hati-hati untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Setelah menitipkan kendaraan di base camp dan membayar tiket (sekitar Rp20 ribu, belum termasuk biaya parkir kendaraan), kamu bisa memulai pendakian. Dari base camp, kamu akan melalui jalur yang sebagian besar landai selama sekitar satu jam.
Setelah itu, kamu akan menjumpai sungai dengan ketinggian air sekitar 50 cm. Arusnya bisa cukup deras di saat-saat tertentu. Karena itu, berhati-hatilah saat menyeberanginya, dan bila perlu, gunakan tali untuk keamanan dan keselamatan diri.
Sesampainya di seberang sungai, pendakian dilanjutkan melalui hutan dengan medan yang terus menanjak higga sampai di puncak. Namun di sepanjang perjalanan, kamu akan disuguhkan dengan pemandangan alam yang eksotis.
Mendekati puncak, vegetasi mulai berkurang dan jalurnya didominasi oleh bebatuan. Tetap waspada dan jangan terburu-buru, karena salah langkah sedikit saja, jurang menanti di sisi jalur. Sebagai gantinya, kamu bisa menikmati indahnya tanaman warna-warni yang tumbuh liar di sini, selain juga hamparan lumput yang cocok untuk latar foto.
Perjuangan mencapai puncak akan terbayar begitu menikmati panorama alam yang terhampar di depan mata. Waktu terbaik sampai di puncak adalah menjelang matahari terbit maupun matahari terbenam. Lautan awan yang menyelimuti kawasan ini kerap menjadi objek foto yang menarik.
Teks: Melinda Yuliani