Bertandang ke Dusun Beleq, Desa Adat di Kaki Gunung Rinjani

Foto: Dok. Google Maps/Agit Corleone

Selain Desa Sade, Lombok juga memiliki desa-desa adat suku Sasak lainnya yang masih mempertahankan tradisi warisan leluhurnya. Salah satunya adalah Dusun Beleq di Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara.

Namanya memang masih terdengar asing di kalangan wisatawan lokal, karena biasanya kalau ingin ke desa adat di Lombok, destinasi yang pertama dituju adalah Desa Sade berkat kedekatan lokasinya dengan bandara. Namun, Dusun Beleq ini juga punya lokasi yang mudah diakses, apalagi kalau kamu menginap di kawasan Senggigi.

Foto: Dok. Kemendikbud

Dari Pantai Senggigi, jaraknya hanya 61 km, atau dapat ditempuh dengan berkendara selama 1,5 jam. Kalau langsung dari bandara, jaraknya sekitar 98 km, atau dapat ditempuh dengan berkendara selama 2,5 jam. Medannya berupa jalan beraspal, jadi nyaman dilalui oleh kendaraan roda empat sekalipun.

Setibanya di Dusun Beleq, kamu akan disambut ramah oleh warga setempat. Tak ada tiket masuk yang mesti dibayarkan. Sebagai gantinya, kamu cukup memberikan donasi. Syarat lainnya, kamu wajib didampingi penduduk lokal untuk menemani berkeliling desa.

Nuansa khas desa suku Sasak langsung terasa begitu memasuki Dusun Beleq. Bangunan beratapkan jerami, berdinding bambu, dan berlantaikan tanah yang menjadi ciri khas rumah ada suku Sasak dapat dilihat di sini.

Konon, dusun ini sudah ada sejak Gunung Samalas meletus pada 1257. Jadi sudah terbayang bukan, betapa tuanya usia dusun ini. Total ada 40 bangunan di sini, dengan 28 di antaranya dihuni beberapa kepala keluarga. Sementara sisanya adalah bangunan selain rumah, seperti berugak, dapur adat, dan bangunan untuk upacara adat.

Jumlah bangunan di dalam dusun ini tetap sama dari dahulu karena ada larangan untuk membangun rumah adat lagi. Seiring waktu, jumlah tersebut tak mampu menampung warga yang ada di Dusun Beleq, sehingga sebagian di antaranya membangun rumah di luar area desa.

Kebiasaan masyarakat ini pun unik, salah satunya adalah mengunyah daun sirih. Jangan heran kalau saat berkeliling desa, kamu ditawari daun sirih untuk mencobanya.

Foto: Instagram @rnii.ra

Mayoritas mata pencaharian warganya adalah berkebun. Karena itu, bila datang ke desa ini di siang hari, kamu akan lebih banyak menjumpai anak-anak, perempuan, dan orang tua. Sisanya bekerja di ladang masing-masing yang ditanami cokelat, kacang mete, kopi, dan sebagainya, selain juga beternak.

Waktu terbaik kemari adalah saat acara besar, seperti perayaan Maulid Nabi. Masyakaratnya bakal menggelar acara syukuran di masjid kuno, dilengkapi pertunjukan tari yang diiringi gendang beleq. Informasi tentang jadwal perayaan ini bisa kamu lihat di akun Instagram @desabeleq.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here