Ke Cirebon, Jangan Lewatkan 5 Tempat Ini!

Letaknya di pesisir Jawa Barat yang berbatasan dengan Jawa Tengah, menjadikan Cirebon sebagai kota yang mengasimilasikan budaya Eropa, Tiongkok, dan Arab. Pernah menjadi sebagai salah satu kota pelabuhan tersibuk di Jawa, Cirebon memiliki beberapa tempat menarik yang dapat dikunjungi, seperti berikut ini.

Keraton Kasepuhan

Di seluruh Indonesia, Keraton Kasepuhan merupakan satu-satunya bangunan terakota yang masih utuh. Walau dibangun oleh Sunan Gunungjati pada 1479 sebagai Kerajaan Islam, jejak multikulturalisme sangat terasa di setiap sudut bangunan Keraton Kasepuhan. Mulai dari facade batu bata tanpa lapisan semen yang khas arsitektur Hindu, hingga pernak-pernik penghias bangunan yang diadopsi dari Tiongkok, Timur Tengah, maupun Eropa.

Aspek Hindu itu juga semakin terasa dari bentuk pintu gerbang model gapura yang mengingatkan akan candi-candi pada masa kejayaan kerajaan Hindu di Jawa Timur. Bangunan-bangunannya pun dinamai dengan bahasa Sanskerta sehingga semakin mengentalkan nuansa Hindunya.

Sebut saja bangunan induk bangsal Prabayaksa yang dibangun Sultan Sepuh I pada 1682 dan facade-nya berupa tembok bercat putih dengan ukiran motif Megamendung khas Cirebon yang ditempeli keramik Tiongkok warna-warni. Begitu pun tembok-tembok gapura yang menghubungkan beberapa bangunan di keraton.

Walau teras bangsal Prabayaksa yang semi terbuka khas Jawa, interior ruangan yang masih digunakan untuk acara-acara kenegaraan itu begitu kosmopolitan. Di kedua sisi singgasana dihiasi mozaik ornamen Tiongkok, Islam, Hindu, dan Eropa. Bahkan beberapa keramik penghias dinding menggambarkan kisah Nabi Isa.

Keraton Kanoman

Akses menuju keraton ini tertutup keriuhan Pasar Kanoman karena memang sejak dahulu alun-alun di muka keraton menjadi pusat berkumpul dan pusat perekonomian warga. Di keraton ini terdapat barang-barang bersejarah, seperti Kereta Perang Paksi Naga Liman dan Kereta Jempana berbentuk burung burak yang masih terawat.

Tak jauh dari kereta, terdapat bangsal Jinem atau pendopo untuk menerima tamu, penobatan sultan, dan pemberian restu. Seperti situs bersejarah di Cirebon lainnya, di dinding-dinding keraton ini juga dihiasi piring-piring porselen asli Tiongkok, sementara di halamannya terdapat patung harimau sebagai lambang Prabu Siliwangi.

Makam Sunan Gunung Jati

Ziarah adalah tujuan utama masyarakat berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati di Desa Astana yang berjarak sekitar empat kilometer ke arah Indramayu dari pusat kota Cirebon. Selain memanjatkan doa-doa, di akhir kunjungan pengelola makam melalui abdi dalem menyediakan tiga jenis azimat bagi para peziarah, yaitu bungkusan padi yang dipercaya dapat membawa berkah, minyak wangi untuk memancarkan aura, dan gumpalan tanah keramat yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit perut dan sebagai tolak bala di rumah.

Dinding makam ini juga dihiasi keramik-keramik dari Tiongkok. Bahkan ada piring keramik biru pemberian Putri Tan Hong Tien Nio, anak Kaisar Hong Gie dari Dinasti Ming untuk Sunan Gunung Jati yang bernama asli Syarif Hidayatullah. Makam putri Ong Tien sendiri hanya beberapa meter jauhnya dari makam sang sunan yang tertutup pintu kayu.

Taman Sari Gua Sunyaragi

Sunyaragi yang dahulu dikelilingi Danau Jati adalah istana peristirahatan (taman sari) Sultan Cirebon. Keberadaan sebuah gua besar – dinamai Goa Peteng – yang dikelilingi 10 gua kecil membuat tempat ini kemudian dimanfaatkan sultan untuk bermeditasi.

Terbuat dari batu karang yang konon didatangkan dengan kekuatan gaib dari Pantai Selatan oleh Pangeran Kararangen, kompleks gua di Sunyaragi ini dibangun dengan bentuk gunungan yang dilengkapi terowongan dan saluran air. Asal kata Sunyaragi sendiri dari kata “sunya” yang berarti sunyi dan “ragi” yang berarti jiwa, sehingga bila diartikan adalah keadaan raga yang kosong.

Di belakang pintu masuk Taman Sari Gua Sunyaragi terdapat dua ruangan kecil berdinding batu bata yang hanya muat satu orang. Mitos yang beredar di masyarakat setempat percaya bahwa ruangan kecil itu bisa tembus ke Mekkah dan Tiongkok.

Kampung Batik Trusmi

Di Cirebon terdapat dua macam batik, yaitu batik pesisir dan keraton. Batik pesisir Cirebon motifnya menggunakan bentuk flora dan fauna, sementara batik keraton motifnya berupa batu-batuan, kereta singa barong, naga seba, taman arum, ayam alas, dan masih banyak lagi. Batik Trusmi berawal dari Ki Gede Trusmi, salah seorang pengikut Sunan Gunung Jati yang mengajarkan seni membatik sambil menyebarkan Islam. Keahlian itu kemudian membawa berkah kepada desa tersebut karena di kemudian hari Batik Trusmi menjadi ikon batik nasional. Dari sini muncul motif-motif klasik Cirebonan, termasuk Megamendung.

Kini di desa yang dipenuhi toko batik ini, pengunjung tak hanya dapat menikmati kain-kain cantik dengan motif khas Cirebon yang sebagian telah dijual dalam bentuk pakaian jadi, tapi juga terdapat kerajinan tangan, oleh-oleh, hingga pijat refleksi untuk melepas lelah setelah berbelanja. Pertemuan antaretnis dan budaya mempengaruhi corak batik Cirebon. Bentuk binatang khayal berupa singa barong dan peksi naga liman yang merupakan wujud pengaruh budaya Tiongkok, Arab, dan Hindu terlukis pula pada ragam hias batik Trusmi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here