Menyapa Orangutan di Habitat Aslinya sambil Naik Klotok

Mengajak buah hati ke Tanjung Puting mungkin akan menjadi liburan yang paling dikenangnya sepanjang masa, selain kesempatan untuk mulai mengenalkan konservasi alam kepada mereka. Melihat orangutan di kebun binatang tentu tidak seseru melihatnya langsung dari atas klotok yang melaju perlahan di sepanjang Sungai Sekonyer.

Tanjung Puting merupakan pusat konservasi orangutan pertama di Indonesia sekaligus yang terbesar di dunia, yang bertujuan melatih orangutan tangkapan atau yang bekas dipelihara manusia untuk dilepas ke alam bebas. Rata-rata orangutan di sini merupakan bekas peliharaan manusia karena kehilangan induk atau tempat tinggal. Sebagian bahkan pernah terluka dan mengalami trauma.

Di berbagai pusat rehabilitasi ini mereka dilatih untuk dapat bertahan hidup di alam. Khusus untuk mengajari bayi orangutan, petugas sengaja memakai terusan seragam berwarna cokelat tua agar menyerupai induk mereka.

Menuju Tanjung Puting

Untuk mencapai Tanjung Puting, Anda dapat mengaksesnya melalui Bandara Iskandar di Pangkalan Bun dengan penerbangan selama sekitar 90 menit. Tersedia maskapai NAM Air dan Trigana Air yang melayani penerbangan langsung satu kali setiap harinya.

Sesampainya di Bandara Iskandar, naik taksi ke Pelabuhan Kumai dengan tarif sekitar Rp 150.000 dengan menempuh jarak 14 kilometer atau selama 30 menit. Berbeda dengan taksi di Jakarta yang kebanyakan sedan, taksi di Pangkalan Bun ini menggunakan minibus, biasanya Toyota Innova, sehingga dapat memuat lebih banyak penumpang dan barang. Pilihan transportasi lainnya adalah ojek, seharga mulai Rp 60.000 (atau tergantung hasil tawar-menawar) untuk tujuan Pelabuhan Kumai.

Setibanya di Pelabuhan Kumai, perjalanan ke Taman Nasional Tanjung Puting dapat menggunakan speedboat berkapasitas maksimal enam penumpang, bagi yang hanya akan day trip. Tarif sewanya sekitar Rp 600.000 hingga Rp 800.000 per hari.

Baca juga: Sebelum Berangkat ke Tanjung Puting

Sedangkan untuk yang tertarik menghabiskan liburan di Tanjung Puting sekaligus mengarungi Sungai Sekonyer selama beberapa hari, dapat menyewa klotok yang dimanfaatkan sebagai hotel terapung dengan kasur, kelambu, ruang makan, tempat penampungan air bersih, toilet berstandar internasional dengan pancuran, dan kulkas untuk menyimpan persediaan makanan selama beberapa hari.

Seharga mulai Rp 1.500.000 hingga Rp 2.000.000 per malam, klotok ada yang memiliki satu dan dua dek, yang pemanfaatannya disesuaikan jumlah penumpang dan durasi perjalanan yang dipilih, mulai dari dua hari satu malam hingga lima hari empat malam. Bila memesan paket wisata dengan menginap di klotok, setiap kapal diawaki oleh nahkoda, pemandu, dan juru masak. Selama di atas klotok, dijamin tidak akan kelaparan karena sebentar-sebentar juru masak menyajikan makanan.

Klotok sendiri disebut demikian karena mesinnya mengeluarkan bunyi “tok-tok-tok”. Lajunya tidak terlalu kencang, sehingga penumpang dapat bersantai sambil menikmati pemandangan yang tersaji sepanjang perjalanan.

Biasanya, pengunjung akan diajak berlayar di atas klotok sambil mengunjungi sejumlah pusat rehabilitasi orangutan, seperti Tanjung Harapan, Camp Leakey dan Pondok Tanguy. Di sepanjang perjalanan, mereka juga dapat menjumpai berbagai hewan lainnya selain orangutan, seperti bekantan, beruang madu, kucing hutan, berbagai burung, dan buaya, selain tarsius yang merupakan primata terkecil di dunia dan kerap terlihat di pohon kayu besi.

Tip

Sebelum memasuki kawasan Taman Nasional Tanjung Puting, ada beberapa peraturan yang tidak boleh dilanggar oleh pengunjung, berikut di antaranya.

  • Dilarang merokok. Kebiasaan manusia, seperti merokok, dapat dengan mudah ditiru orangutan, selain puntung rokok juga dapat menyebabkan kebakaran hutan.
  • Dilarang memberi makan hewan. Hal ini akan mengubah perilaku hewan, terutama orangutan yang cerdas. Sekali diberi makan langsung, seterusnya ia akan meminta makanan kepada pengunjung yang datang.
  • Dilarang makan dan minum di depan orangutan. Bisa jadi orangutan yang ditemui akan merebut makanan dan minuman yang sedang dikonsumsi karena rasa ingin tahu mereka yang besar.
  • Jangan menyentuh orangutan. Meski terlihat ramah dan jinak, sejatinya orangutan tetap hewan liar. Jarak aman pengunjung dan orangutan setidaknya lima meter.
  • Tidak membuang sampah sembarangan. Peraturan ini tidak hanya berlaku di Tanjung Puting saja, tetapi juga seharusnya diterapkan di semua destinasi wisata.
  • Tidak berenang di sungai. Jika tidak ada arahan dari pemandu, jangan sekali-kali turun ke sungai, karena Sungai Sekonyer dihuni buaya muara dan buaya senyulong.
  • Selalu didampingi pemandu. Jika memasuki kawasanTaman Nasional Tanjung Puting pastikan didampingi oleh pemandu resmi, yang tak hanya lebih mengenal kondisi alam, tapi juga perilaku orangutan yang ada.

Teks: Melinda Yuliani

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here