Bila bandara tujuan tak melayani penerbangan langsung dari bandara asal, atau memang berencana untuk membeli tiket connecting flight demi mendapatkan harga yang lebih murah, sebaiknya pertimbangkan dengan baik durasi transit yang tepat berdasarkan rencana perjalanan untuk menghindari beberapa hal tak terduga.
Risiko penundaan di penerbangan pertama, misalnya. Kalau masih dalam hitungan 15 hingga 30 menit tak jadi masalah, dengan catatan waktu transit di kota berikutnya antara tiga hingga empat jam, serta tak perlu lagi mengurus perpindahan bagasi dan check-in ulang pada penerbangan lanjutan. Namun kalau penundaannya hingga hitungan jam, pastilah tertinggal mengejar penerbangan berikutnya dari bandara transit.
Sebaliknya, kalau masa transitnya terlalu lama dan di bandara pun tak ada fasilitas hiburan yang memadai, penumpang bisa bosan menunggu, dan bahkan kelelahan sehingga terpaksa menginap di hotel sekitar bandara yang justru membuat biaya perjalanan membengkak.
Karena itu, pastikan untuk selalu memesan tiket dengan durasi transit minimal tiga jam. Durasi ini bisa ditambah lagi bila ada beberapa faktor lain, seperti mesti mengantre panjang untuk cek dokumen karena transit di bandara yang sibuk atau mesti berjalan jauh dari pintu check-in ke pintu keberangkatan karena bandara transitnya besar.
Biasanya, untuk penerbangan domestik ke internasional dengan maskapai yang sama, durasi transitnya sama dengan penerbangan domestik ke domestik, sehingga waktu transit dua jam pun cukup. Contohnya, rute untuk Jakarta – Denpasar – Sydney waktu transitnya bisa disamakan dengan rute Jakarta – Denpasar – Labuan Bajo.
Sementara untuk rute sebaliknya, seperti Sydney – Denpasar – Jakarta, penumpang membutuhkan durasi transit lebih banyak – karena saat kembali ke Indonesia, mesti melalui imigrasi dan bea cukai, klaim dan check-in ulang bagasi, serta melewati pemeriksaan keamanan sebelum tiba di pintu gerbang keberangkatan untuk penerbangan berikutnya.
