Bicara Sumba, hal yang pertama terlintas biasanya adalah keindahan alamnya yang luas biasa, dari hamparan luas sabana hingga deretan pantainya yang menawan. Namun, pulau di Nusa Tenggara Timur ini juga menyimpan warisan budaya yang luar biasa, salah satunya adalah tenun ikat.
Tenun ikat Sumba sudah ada sejak ratusan yang lalu, dan hingga kini tradisi menenun kain tersebut terus dijaga oleh para wanita Sumba. Mereka melakukan seluruh proses pembuatan tenun ikat, mulai dari memilih motif, menyiapkan bahan, menenun, hingga akhirnya menghasilkan selembar kain.
Proses pembuatannya sendiri begitu rumit, dan bahkan membutuhkan lebih dari 40 langkah. Karena itulah harga kain tenun ini tak bisa disamakan dengan kain yang diproduksi massal.
Harganya tentu lebih mahal dengan kualitas yang tinggi. Karena bahan pewarnanya alami, yaitu diambil dari daun dan akar-akaran, kainnya pun tahan lama dan warnanya tidak pudar.
Hal lainnya yang menyebabkan tenun ikat ini mahal adalah prosesnya yang dilakukan beberapa orang sekaligus. Ada yang khusus mencari bahan, memintal dan mewarnai benang, membuat motif, hingga menenun. Untuk membuat satu kain lebar saja, lamanya bisa mencapai setengah tahun.
Tenun ikat Sumba sendiri biasanya dipakai untuk sejumlah kepentingan. Selain untuk upacara adat, tenun ikat juga digunakan sebagai tanda hubungan kekeluargaan, pembungkus jenazah, bekal kubur, alat tukar-menukar, dan hadiah.
Dari segi motif, baik tenun ikat Sumba Timur maupun Sumba Barat memiliki ciri khasnya masing-masing.
Tenun ikat Sumba Timur biasanya memiliki motif yang rumit, unik, dan lebih ramai, selain bentuk faunanya lebih realistis. Sedangkan tenun ikat sumba Barat lebih sederhana dengan hanya bagian atas dan bawahnya yang berhiaskan motif-motif simetris, seperti paduan bentuk segitiga dan kotak yang menyerupai bunga.
Perbedaan lainnya, warna yang digunakan pada tenun ikat Sumba Timur biasanya biru dan hitam atau biru muda dan putih, sementara tenun ikat Sumba Barat didominasi merah tua dan kuning tua.
Bila tertarik membeli tenun ikat Sumba, kamu bisa mendapatkannya di sejumlah kampung adat, seperti Kampung Adat Ratenggaro di Sumba Barat Daya, Kampung Adat Praijing di Sumba Barat, Kampung Adat Praingu Prailiu di Sumba Timur, atau pasar tradisional seperti Pasar Waikabubak. Harganya tergantung corak, warna, kepadatan benang, dan ukurannya, yakni berkisar mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Teks: Melinda Yuliani