Affandi Koesoema merupakan seorang maestro seni lukis Indonesia yang namanya sudah dikenal hingga ke kancah internasional. Semasa hidupnya, ia tergolong pelukis produktif dan kerap memamerkan karyanya di berbagai negara di dunia, mulai dari Asia, Australia, hingga Eropa dan Amerika Serikat.
Dalam mengerjakan lukisannya, Affandi menemukan caranya sendirinya, yaitu dengan menumpahkan cat langsung dari tube kemudian menyapukannya dengan jari untuk mengolah warna sekaligus mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakan.
Teknik yang dikenal sebagai pelototan ini tak sengaja ditemukannya. Di 1953, ketika ia melukis dirinya sendiri sambil menggendong cucu. Karena tak dapat menemukan kuas, sementara satu tangannya menggendong bayi, ia mengaplikasikan cat langsung dari tube ke kanvas, namun hasilnya ternyata justru lebih hidup.
Affandi terobsesi dengan wayang dan mengagumi pelukis Edvard Munch dan Henri de Toulouse-Lautrec, di mana hal ini terlihat dalam beberapa karyanya. Realita pahit pascaperang juga kemudian banyak mempengaruhi aura lukisannya yang cenderung kelam.
Ia pernah melukis orang-orang kelaparan dan tak berpakaian di tengah pasar di Yogyakarta, sehingga ia dicaci gila dan tak berperasaan. Sering dibanding-bandingkan dengan Vincent van Gogh, sampai ajal menjemputnya pada Mei 1990, ia tetap produktif melukis dan sepanjang hidupnya telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya.
Dari sekian banyak lukisan tersebut, sejumlah di antaranya disimpan di Museum Affandi yang terletak di Jalan Laksa Adisucipto No. 167, Yogyakarta. Lewat karya-karyanya tersebut, kamu bisa melihat perjalanan karier lukis sang maestro, dari awal pencarian identitas, masa-masa keemasan, hingga masa akhir karirnya.
Di bagian dalam museum, kamu bisa menjumpai Galeri I yang menyimpan karya terbaik Affandi, seperti ‘Self Portrait’ dan ‘Sesudah Gagal Melukis’. Sedangkan di Galeri II dan Galeri III memuat karya beberapa seniman lain, termasuk maestro Basuki Abdullah.
Bila diperhatikan, atap setiap galeri berbentuk daun pisang. Affandi sengaja mendesainnya seperti itu agar cahaya matahari leluasa masuk dan menerangi karya-karyanya, sekaligus melindunginya di saat hujan.
Selain menampilkan berbagai lukisan, kamu juga bisa melihat-lihat berbagai barang peninggalan Affandi. Sebut saja koleksi cangklong (pipa lengkung untuk mengisap tembakau), sejumlah penghargaan yang pernah diterimanya, hingga kendaraan-kendaraan favoritnya semasa hidup, termasuk Mitsubishi Galant GTO. Bahkan rumah bekas tempat tinggalnya pun ada di dalam kompleks museum dan bisa dijelajahi untuk mengintip bagian dalamnya.
Saat ini, Museum Affandi dibuka untuk kunjungan terbatas dengan masing-masing sesi hanya maksimal 10 orang. Sesi pertama berlangsung pukul 10:00 hingga 11:00, sementara sesi selanjutnya pada pukul 14:00 hingga 15:00.
Pengunjung wajib registrasi sebelum kunjungan dengan mengisi formulir di tinyurl.com/VisitAffandi. Tiket masuk Rp50.000 untuk dewasa dan Rp25.000 untuk pelajar dengan kartu pelajar.
Teks: Melinda Yuliani