Pandemi Covid-19 telah mengubah cara kita melakukan perjalanan. Perencanaan liburan kini lebih rumit dari biasanya karena ada banyak hal yang mesti dipertimbangkan, mulai dari rute perjalanan, barang-barang apa saja yang harus dibawa, hingga persiapan lainnya yang menyita waktu. Meskipun demikian, masih banyak orang yang berencana melakukan perjalanan di tengah pandemi, entah untuk alasan bisnis maupun wisata.
Menurut sebuah studi, sekitar 60 persen pelancong di Indonesia ingin melakukan perjalanan ke luar negeri dalam 12 bulan ke depan. Optimisme masyarakat Indonesia terkait perjalanan pascapandemi juga membuat mereka memiliki pandangan yang baik tentang pembukaan tempat-tempat wisata utama, seperti Bali yang baru-baru ini membuka kembali perbatasannya untuk wisatawan domestik dan akan menyambut wisatawan internasional mulai 11 September.
Survei yang dilakukan Agoda juga mengungkapkan hal yang sama. Meskipun ada pergeseran preferensi dari perjalanan internasional ke perjalanan domestik karena perbatasan masih ditutup untuk banyak negara, namun keinginan untuk terus bepergian masih ada.
Karena itulah kemudian sejumlah orang mulai mempertimbangkan alternatif liburan yang aman selama Covid-19, seperti melakukan road trip dengan durasi singkat, menyewa akomodasi privat dengan fasilitas lengkap, atau memesan kamar di hotel-hotel yang sudah menerapkan protokol kebersihan baru yang ketat. Perjalanan udara sendiri dianggap memiliki risiko lebih tinggi, karena bakal berjumpa dengan banyak orang asing dalam durasi lama di lingkungan yang terkungkung.
Namun seberapa berisikonya perjalanan udara di saat pandemi? Amankah bepergian naik pesawat saat Covid-19 belum mereda?
Amankah Melakukan Perjalanan Udara?
Sebagian besar perjalanan udara – dengan pengecualian penerbangan carter atau pribadi yang terbang via terminal privat – membutuhkan penumpangnya untuk melalui serangkaian prosedur di bandara, mulai dari check-in, pemeriksaan imigrasi, hingga boarding. Hal ini berarti Anda akan melalui banyak antrean dan kerumunan.
Kita juga tahu bahwa virus umumnya menular langsung antarmanusia. Oleh karena itu, interaksi dari orang yang satu ke orang yang lain merupakan faktor terbesar dalam penularan virus corona di bandara.
“Bandara memiliki lalu lintas yang konstan dengan para pelancong yang datang ke dan dari berbagai lokasi di seluruh dunia,” kata Dr. Neil Brown, dokter pengobatan darurat dan kepala petugas diagnosis di K Health. “Kita tidak dapat memastikan setiap orang melakukan tindakan pencegahan yang sama.”
Karena itu, cara terbaik untuk mengurangi risiko terpapar virus corona saat di bandara adalah dengan terus menjaga jarak fisik dengan orang lain, selain mengenakan masker sepanjang waktu dan mencuci tangan sesering mungkin.
Sejumlah bandara juga telah melakukan berbagai cara untuk meminimalkan kontak antarmanusia dan mengampanyekan pentingnya melakukan jaga jarak. Misalnya, memberi jarak pada kursi-kursi yang tersedia di ruang tunggu, atau menawarkan teknologi pengenalan wajah yang memungkinkan penumpang untuk melewati prosedur keamanan bandara tanpa harus melakukan kontak fisik.
Selain itu, pesawat sendiri dikenal dapat menyaring udara dengan cepat dan efektif, yang terutama membantu untuk mengurangi risiko penularan virus corona. “Pesawat pun memiliki beberapa fitur keselamatan bawaan lainnya yang terutama penting di saat pandemi seperti sekarang ini,” jelas Dr. David Powell, penasihat medis untuk Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA).
“Penumpang yang duduk menghadap ke depan dan tidak saling berhadapan, sandaran kursi yang berguna sebagai penghalang, serta pergerakan penumpang yang terbatas saat duduk di pesawat menambah perlindungan para penumpang saat melakukan perjalanan udara,” katanya.
“Selain itu, risiko penularan virus corona di pesawat rendah karena laju aliran udara yang tinggi, yang kurang kondusif untuk penyebaran droplet (tetesan). Pasokan udara pun disaring melalui filter High Efficiency Particulate Air (HEPA).”
Brett Manders, pilot Australian Airline dengan pengalaman terbang lebih dari 10.000 jam sekaligus penulis Behind The Flight Deck Door, menjelaskan bahwa filter ini mampu menangkap 99,9 persen partikel virus. “Hal lain yang perlu diperhatikan adalah udara di pesawat diganti dengan kecepatan tinggi,” katanya. Jadi, kalaupun pesawat diisi dengan asap hijau, udara di dalam pesawat akan bersih dalam waktu dua menit.
Namun, fitur ini tidak mengubah fakta bahwa perjalanan udara dengan pesawat komersial berarti terbang di ruang tertutup bersama orang asing, dan dalam durasi yang tak singkat pula. Siapa yang tahu, saat udara sedang diganti, tiba-tiba ada orang yang batuk atau bersin, kemudian droplet-nya terhirup oleh penumpang di sebelahnya?
“Sistem aliran udara di pesawat udara memang bagus, namun hal tersebut tidak mengubah fakta bahwa kabin pesawat adalah ruangan yang tertutup. Dan tergantung berapa lama penerbangan Anda, Anda akan berada di dekat sejumlah orang asing dalam waktu yang lama,” kata Dr. Russo.
Ia juga menyebutkan risiko terpapar virus corona ini bisa berasal dari penumpang lain di sebelah Anda, atau bahkan yang terpisah dari Anda beberapa baris jauhnya. Karena itu, penting bagi penumpang untuk selalu mengenakan masker sepanjang waktu. “Lebih bagus lagi bila Anda mengenakan masker N95,” tambahnya.
Tip Naik Pesawat di Saat Pandemi
Bila ingin melakukan perjalanan udara dalam waktu dekat, Anda bisa melakukan beberapa tip berikut untuk meminimalkan risiko terpapar virus corona.
- Sejumlah maskapai telah menangguhkan layanan makanan dan minuman di dalam pesawat karena dapat menjadi pemicu penularan. Karena itu, bawa dan siapkan segala sesuatunya sendiri, entah itu sandwich untuk disantap di pesawat, atau botol minum yang dapat diisi seusai melewati pemeriksaan keamanan di bandara. Untuk saat ini, ada baiknya menghindari membeli makanan dan minuman di minimarket atau restoran yang tersedia di bandara untuk meminimalkan kontak fisik dengan orang lain.
- Bawa hand sanitizer dan disinfektan yang cukup untuk digunakan selama penerbangan maupun saat tiba di destinasi. Menurut aturan terbaru dari TSA, kini penumpang diperbolehkan membawa hand sanitizer sebanyak 355 mililiter dalam tas jinjing. Walau demikian, disarankan untuk membawa cairan pembersih ini sesuai kebutuhan. Berbeda dengan hand sanitizer, TSA melarang penumpang membawa disinfektan semprot kemasan kaleng ke dalam tas jinjing. Sebagai gantinya, Anda dapat membawa tisu basah disinfektan.
- Bawa sendiri tablet dan earbud nirkabel untuk hiburan selama di pesawat. Unduh konten untuk ditonton secara offline, entah dari Netflix atau penyedia konten video lainnya, sehingga Anda tidak perlu menggunakan fasilitas hiburan yang ditawarkan pesawat.
- Bawa pakaian ganti. Setelah penerbangan, Anda dapat mengganti pakaian Anda dengan yang baru. Jangan lupa pula untuk mencuci tangan setelah melalui pemeriksaan keamanan di bandara tujuan.
- Bawa beberapa masker, dan pastikan untuk mengenakannya sepanjang waktu, di mana pun Anda berada. Anda juga bisa membawa sarung tangan, asalkan ingat untuk tidak menyentuh wajah atau kulit tubuh saat mengenakannya. Sarung tangan bisa dipakai saat check-in dan melalui pemeriksaan keamanan bandara, lalu lepas sarung tangan tersebut dan cuci tangan sebelum naik pesawat.
- Untuk meminimalkan kontak fisik, bila memungkinkan, lakukan check-in secara online dan cetak sendiri boarding pass Anda. Lebih bagus lagi bila Anda menggunakan mobile app yang disediakan maskapai.
- Bila bisa memilih kursi, pilihlah yang berada dekat jendela atau di barisan yang dekat pintu keluar sehingga Anda tak harus banyak bersentuhan dengan orang-orang lain di sekitar Anda.
- Bila mesti menggunakan toilet di pesawat, hindari menyentuh langsung pintu, keran kamar mandi, penggeser untuk mengunci toilet, dan tombol untuk menyiram toilet.
Teks: Melinda Yuliani