Kabupaten Gianyar dikenal sebagai kawasan sentra budaya dan seni ukiran di Bali, salah satunya kota Ubud yang masuk dalam teritori Gianyar. Alam Gianyar pun menyedot perhatian melalui sejumlah objek wisata, salah satunya adalah Air Terjun Kanto Lampo. Berada di dalam naungan pohon-pohon besar nan rimbun, air terjun setinggi 15 meter ini menawarkan lanskap yang fotogenik, yang juga menjadi sumber mata air bagi warga sekitar.
Asal Muasal Kanto Lampo
Menurut warga lokal, Air Terjun Kanto Lampo sudah ada sejak zaman leluhur mereka. Namanya sendiri diambil dari nama pohon langka dengan buah unik, yang tumbuh dekat air terjun. Buah pohon ini berwarna hijau, kemudian menjadi kuning, dan akan berwarna merah jika sudah matang. Rupa buahnya seperti buah juwet (jamblang) yang biasa dikonsumsi warga lokal.
Walau sudah ada sedari dulu, namun kepopuleran Air Terjun Kanto Lampo baru terdengar beberapa tahun terakhir, tentu saja berkat kemunculannya di media sosial yang dipromosikan anak-anak muda yang tinggal dekat objek wisata ini. Air terjun yang terbentuk secara alami ini memiliki sumber air yang berasal dari saluran irigasi dan air di dalam tanah. Air irigasi awalnya untuk mengairi subak, namun beberapa saluran tersumbat kemudian meluap dan menjadi air terjun.
Warga sekitar mengandalkan Kanto Lampo sebagai sumber mata air, namun mereka tidak sembarang mengambil air, sebelumnya mereka akan membawa sajen untuk dipersembahkan. Memang warga lokal meyakini sekitaran air terjun merupakan tempat suci atau Beji untuk Mendak Toya Ning (mencari air suci) yang digunakan untuk upacara Dewa Yadnya atau Pitra Yadnya. Dekat air terjun juga terdapat gua, yang konon menjadi tempat rahasia pasukan Belanda untuk berunding.
Unik dan Mudah Diakses
Air Terjun Kanto Lampo terlihat unik berkat susunan batu yang artistik layaknya undak-undakan, yang tersusun tidak beraturan, namun justru karena itulah yang menghasilkan kucuran air yang bervariasi di tiap titik. Kehadiran jajaran batu ini pula yang membuat air yang jatuh tidak begitu deras, sehingga pengunjung lebih nyaman saat berada di bawah air terjun atau saat menaiki batu untuk berfoto.
Biasanya pengunjung Kanto Lampo akan duduk santai di salah satu batu di sungai di bawah air terjun atau memilih untuk menaiki undak-undakan batu di dinding air terjun untuk berfoto. Memanfaatkan kucuran air yang tampak artistik, wisatawan biasanya mengandalkan pose seperti sedang meditasi atau bertapa di atas salah satu batuan alami di dinding air terjun. Ada juga yang melakukan salah satu gerakan dalam yoga, tentunya tetap perhatikan keamanan selama sesi foto karena batu-batu di sini cukup licin. Bawa perbekalan kudapan dan minuman untuk dinikmati di sela-sela aktivitas karena di area air terjun tidak terdapat penjaja makanan dan minuman.
Wisatawan mudah saja untuk mengakses air terjun yang berada di Br. Kelod Kangin, Desa Beng, baik menggunakan kendaraan pribadi, taksi, atau motor. Mendekati lokasi, ada petunjuk yang akan memudahkan pencarian, kalau pun bingung, warga sekitar dapat dimintai tolong untuk menunjukkan arah. Tiba di area parkir, pengunjung mesti menuruni puluhan anak tangga, yang dilanjutkan dengan melewati tangga-tangga batu alami sebelum mendekati air terjun. Hindari kunjungan di musim penghujan karena tangga dan bebatuan yang dilewati lebih licin.
Air Terjun Kanto Lampo sudah menyediakan ruang ganti pakaian bagi pengunjung yang bermain air dan terdapat pula penjaja makanan dan minuman dekat tangga menuju air terjun. Kanto Lampo buka setiap hari pukul 08:00 hingga 17:00, dengan memberi donasi sebesar Rp 5.000 per orang.
Teks: Priscilla Picauly