Aturan Baru Mendaki Everest: Wajib Bawa Kembali Kotoran ke Base Camp

Baru-baru ini, Nepal mengumumkan aturan baru yang mengharuskan pendaki membawa kembali kotoran mereka ke base camp menggunakan kantong plastik khusus. Langkah ini diambil untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan di gunung tersebut.

Kotoran manusia di Gunung Everest memang telah menjadi masalah serius dalam beberapa tahun terakhir. Kebanyakan pendaki biasanya meninggalkan kotoran mereka di gunung, baik dikubur di dalam es dan batu, atau dibiarkan terbuka di tanah. Namun, dengan semakin banyaknya pendaki yang mendaki setiap tahunnya, masalah ini semakin membesar.

Menurut komite yang memantau kesehatan lingkungan Gunung Everest, diperkirakan ada sekitar tiga ton kotoran manusia di antara Pos 1 yang terletak dekat kaki gunung hingga Pos 4 yang terletak sebelum puncak. Setengah dari jumlah tersebut diyakini berada di South Col, atau Pos 4, di mana pendaki melakukan aktivitas buang air besar di bebatuan.

Jika tidak ada perubahan kebijakan, jumlah kotoran tersebut hanya akan terus bertambah, terutama dengan meningkatnya jumlah izin pendakian yang dikeluarkan oleh pemerintah Nepal setiap tahunnya.

Aturan baru ini disambut baik oleh banyak pihak, mengingat masalah besar yang telah lama terjadi terkait dengan akumulasi kotoran manusia di Gunung Everest. Kotoran yang terlihat di bebatuan dan masalah kesehatan yang timbul menjadi alasan utama di balik kebijakan ini.

Namun, pertanyaannya adalah: apakah aturan serupa juga perlu diterapkan di gunung-gunung di Indonesia? Meskipun kondisi di Everest mungkin sangat berbeda dengan gunung-gunung di Indonesia, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan.

  1. Tingkat Pengunjung

Gunung Everest merupakan destinasi yang sangat populer bagi pendaki dari seluruh dunia, sehingga jumlah pendaki yang tinggi dapat menyebabkan akumulasi kotoran manusia menjadi masalah serius. Di Indonesia, beberapa gunung juga memiliki jumlah pengunjung yang signifikan, terutama gunung-gunung yang terkenal seperti Gunung Rinjani di Lombok atau Gunung Semeru di Jawa Timur.

  1. Kebutuhan Pengunjung

Kebutuhan akan fasilitas buang air yang layak merupakan hak dasar bagi setiap pendaki. Di Indonesia, beberapa gunung sudah dilengkapi dengan toilet umum di area base camp atau di sepanjang jalur pendakian. Namun, masih banyak gunung yang belum memiliki fasilitas tersebut, sehingga pendaki sering menggunakan lubang kucing atau membuang air di tempat terbuka.

  1. Konservasi Lingkungan

Perlunya menjaga kebersihan lingkungan di setiap gunung merupakan tanggung jawab bersama para pendaki. Kotoran manusia yang dibiarkan di alam dapat mencemari sumber air dan mengganggu ekosistem alami. Oleh karena itu, pendaki perlu diberi pemahaman tentang pentingnya aturan dan etika dalam buang air di gunung.

Dengan demikian, meskipun aturan yang sama mungkin tidak secara langsung dapat diterapkan di semua gunung di Indonesia, penting bagi pemerintah, operator pendakian, dan pendaki itu sendiri untuk bekerja sama dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan di gunung-gunung tersebut. Ini dapat dilakukan melalui penyediaan fasilitas buang air yang memadai, pendidikan tentang praktik-praktik ramah lingkungan, dan penegakan aturan untuk melindungi keindahan alam Indonesia yang luar biasa.

Tata Cara Buang Air di Gunung

Buang air merupakan kebutuhan dasar manusia, termasuk saat menjelajahi keindahan alam di gunung. Namun, penting bagi para pendaki untuk memahami tata cara yang benar dalam melakukan aktivitas buang air agar tetap menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan bersama. Inilah beberapa hal yang perlu diperhatikan saat buang air di gunung.

  1. Prinsip ‘Leave No Trace’

Prinsip ini adalah dasar penting dalam menjelajahi alam liar, termasuk di gunung. Ini berarti tidak meninggalkan jejak apapun yang dapat merusak alam. Ketika buang air, pastikan tidak meninggalkan sampah, kotoran, atau bekas apa pun di sekitar. Gunakan prinsip ini sebagai panduan untuk meninggalkan lingkungan sekitar seperti ketika pertama kali ditemukan.

  1. Lubang Kucing

Saat berada di area tanpa toilet umum, pendaki harus menggali lubang kecil di tanah yang cukup dalam, minimal 15 cm, untuk buang air besar. Lubang kucing ini harus jauh dari sumber air dan jalur pendakian, setidaknya 60 meter, agar tidak mencemari air yang dikonsumsi oleh hewan liar atau pendaki lainnya. Setelah selesai, lubang kucing harus ditutup kembali dengan tanah agar tidak meninggalkan bekas.

  1. Bawa Turun Sampah

Semua sampah yang dihasilkan, termasuk tisu toilet, harus dibawa kembali turun dari gunung. Hal ini sangat penting karena tisu toilet yang dibiarkan di alam liar dapat merusak lingkungan dan menjadi sumber kontaminasi bagi hewan liar dan manusia. Pastikan untuk membawa kantong sampah yang sesuai dan selalu membawa semua sampah turun dari gunung.

  1. Penggunaan Toilet Umum

Jika tersedia, gunakan toilet umum dengan bijak. Toilet umum di area pendakian gunung biasanya terbatas, oleh karena itu pastikan untuk menggunakan toilet umum dengan tepat dan menjaga kebersihannya. Hindari melemparkan sampah atau benda lainnya ke dalam toilet umum yang tidak sesuai dengan petunjuk penggunaan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here