Tenun Gringsing, Kain Tradisional Warisan Masyarakat Tenganan

Salah satu cara terbaik untuk menikmati wajah lain Bali adalah menjauh dari selatan pulau dan mengunjungi desa-desa tradisionalnya. Tanpa harus berkendara jauh, kamu bisa menuju desa tradisional Tenganan yang letaknya tak jauh dari Jalan Raya Candidasa, tepatnya di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.

Di sana, kamu bisa menikmati waktu yang terasa terhenti saat melihat deretan rumah-rumahnya yang tua dan masih berdiri kokoh. Keseharian masyarakatnya pun masih belum banyak tersentuh oleh kehidupan modern.

Telah mendiami Bali jauh sebelum Kerajaan Majapahit berkuasa, hingga hari ini masyarakat Tenganan masih melakukan ritual kuno. Sebut saja Festival Usaba Sambah yang ikonik dengan dua orang pria saling memukulkan daun pandan berduri hingga mengeluarkan darah.

Masyarakat Tenganan juga melahirkan berbagai kerajinan khas, seperti ukiran, anyaman bambu, dan lukisan dengan media berupa daun lontar. Namun yang paling terkenal adalah kain gringsing. Kain tenun ini hanya diproduksi di Desa Tenganan, dan memang asli buatan tangan, sehingga harganya pun mahal.

Proses Panjang

Berasal dari kata ‘gring’ yang berarti ‘sakit’ dan ‘sing’ yang berarti ‘tidak’, kain gringsing dipercaya masyarakatnya sebagai kain magis yang dapat membuat pemakainya terhindar dari malapetaka. Kain ini sendiri kerap digunakan untuk berbagai upacara, seperti upacara pernikahan, upacara kikir gigi, dan upacara keagamaan lainnya.

Sudah ada sejak ratusan tahun lalu, kain gringsing merupakan satu-satunya kain tenun di Indonesia yang dalam pembuatannya menggunakan teknik ikat ganda. Proses tenunnya sendiri tak lama, sekitar dua bulan. Namun, proses pembuatan motif ikat gandanya lah yang memakan waktu.

Proses pengerjaan kain gringsing diawali dengan benang yang dipintal menggunakan alat tradisional. Benang tersebut didapatkan dari kapuk berbiji satu yang didatangkan langsung dari Nusa Penida.

Setelah selesai dipintal, benang tersebut direndam dalam minyak kemiri agar warnanya pekat dan tahan lama. Kemiri diambil langsung dari hutan Tenganan dari buah yang benar-benar matang dan jatuh dari pohonnya, sesuai dengan aturan adat setempat.

Sementara proses perendamannya biasanya berlangsung lebih dari 40 hari. Semakin lama direndam, benangnya akan semakin kuat dan lembut. Setelah itu, prosesnya dilanjutkan ke penataan benang, pengikatan, dan pewarnaan.

Proses produksi yang rumit dan tak sebentar ini merupakan salah satu faktor harga kain gringsing sangat mahal. Tak hanya itu, ketersediaan bahan untuk pembuatan kain gringsing pun terbatas.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here