Buat para petualang dan penyuka alam, orienteering bisa menjadi olahraga yang cocok buat kamu!
Menggunakan peta dan kompas untuk navigasi, kamu harus mencari dan menemukan rute terbaik untuk melintasi suatu medan yang tak dikenali. Tentu saja pemenangnya adalah siapa yang tercepat untuk menyelesaikan tantangan tersebut.
Karena itu, keberhasilan kompetisi foot orienteering sangat bergantung pada kemampuan peserta dalam membaca peta, mengatur strategi, serta kondisi fisik yang prima.
Awal Mula Orienteering
Kegiatan ini pertama kali muncul sekitar tahun 1886, ketika Akademi Militer Karlberg di Swedia menggunakannya sebagai program latihan militer. Istilah orienteering sendiri merujuk pada bentuk aktivitas menjelajahi alam dengan hanya menggunakan peta dan kompas.
Barulah pada Mei 1893, olahraga tersebut pertama kali dilombakan. Namun saat itu kompetisi hanya terbatas untuk kalangan militer Swedia.
Lomba orienteering pertama yang dibuka untuk umum justru diadakan di Norwegia pada 1897. Jalurnya terbilang panjang menurut standar modern, yakni 19,5 km dengan hanya ada tiga titik kontrol. Kompetisi tersebut dimenangkan oleh Peder Fossum dalam waktu 1 jam 47 menit 7 detik.
Seiring waktu, orienteering mulai sering dilombakan dan semakin populer pada 1930-an seiring ditemukannya protactor compass, yakni kompas yang lebih cocok digunakan untuk olahraga orienteering.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, olahraga ini menyebar di seantero Eropa, Amerika Utara, Oseania, hingga Asia. Penyebaran ini sebagian besar disebabkan oleh perjalanan pascaperang oleh para orienteer Eropa, sehingga lebih banyak personal militer yang menggunakan orienteering sebagai bagian dari metode pelatihan.
Kini, orienteering hadir dalam berbagai format, mulai dari yang dilakukan di hutan hingga di kota. Cabangnya pun beragam, namun yang tertua dan terpopuler adalah foot orienteering.
Keahlian Dasar untuk Orienteering
Kegiatan jelajah alam ini membutuhkan kemampuan lari atau jalan cepat dan keterampilan navigasi. Berbekal peta dan kompas, peserta harus mengatur strategi sendiri untuk menentukan rute yang tepat dan menyelesaikan tantangan seefisien mungkin.
Petanya sendiri hanya berupa lintasan yang terdiri dari titik start, titik kontrol, titik finish, dan deskripsi kontrol. Setiap titik kontrol akan ditandai dengan bendera kontrol.
Kontrol ditempatkan berjauhan satu sama lain, berjarak beberapa puluh meter hingga satu kilometer lebih. Dalam sejumlah kompetisi, titik kontrol tersebut sengaja disamarkan atau ditempatkan di lokasi yang sulit dijangkau.
Area kompetisinya dapat mencakup area yang luas di medan dengan berbagai tingkat kesulitan. Medan menantang biasanya memanfaatkan rintangan yang ditemukan di lanskap alam, seperti jalur setapak di hutan atau perbukitan. Sementara medan yang lebih mudah biasanya terletak di area yang lebih mudah dinavigasi.
Peserta bebas menentukan rutenya sendiri. Hanya saja, mereka tidak diperbolehkan menggunakan kompas digital, ponsel, dan barang elektronik lainnya. Pemenang biasanya ditentukan berdasarkan siapa yang paling cepat menyelesaikan lintasan, siapa yang menemukan pos pemeriksaan terbanyak, dan siapa yang memilih rute terbaik (atau kombinasi dari ketiganya).
Teks: Melinda Yuliani