Museum Tumurun baru-baru ini menggelar pameran seni lukis terbarunya yang bertajuk Rayuan Pulau Kelapa. Meminjam judul lagu Ismail Marzuki, pameran ini menghadirkan serangkaian kisah menarik tentang indahnya Nusantara dalam goresan lukisan karya para perupa Hindia Belanda maupun perupa modern Indonesia.
Iwan Kurniawan Lukminto selaku pemilik museum menyampaikan bahwa sejarah panjang seni rupa di Indonesia tak bisa lepas dari masa penjajahan Belanda. Pada abad 19, muncul aliran seni lukis Mooi Indie untuk menggambarkan keindahan alam Indonesia yang serba cantik, damai, romantis, dan surgawi. Lukisan yang dibuat oleh seniman Belanda tersebut kemudian dipamerkan di Eropa untuk menarik wisatawan datang ke Indonesia.
Karena hanya memperlihatkan keindahan alam tanpa menggambarkan kondisi Indonesia yang sedang terjajah, aliran Mooi Indie sempat ditentang oleh pelukis Sudjojono. Bersama Agus Djaya, ia mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia untuk membatasi hegemoni para perupa asing yang tinggal di Indonesia.
Meski demikian, Hendra Himawan selaku kurator pameran ini mengungkapkan bahwa para pelukis Indonesia pun turut berproses dalam menghayati lanskap dan mempelajari teknik lukis Barat. Mereka kemudian mulai menciptakan gaya lukisnya tersendiri, seperti memasukkan elemen seni tradisional, saat melukis pemandangan alam.
Karena itu, lukisan pemandangan alam Indonesia ini menarik untuk diamati, karena menjadi pijakan penting untuk melihat perkembangan seni rupa di Indonesia.
Pameran Rayuan Pulau Kelapa sendiri akan memamerkan setidaknya 30 lukisan. Salah satunya adalah ‘Kapal Karam Dilanda Badai’ (1840) karya Raden Saleh yang merupakan pengalaman pribadinya saat melakukan perjalanan berbulan-bulan lamanya dengan naik kapal dari Indonesia ke Eropa.
Ada pula karya-karya dari pelukis terkenal lainnya, seperti Affandi, Arie Smit, Basuki Abdullah, Kartono Yudhokusumo, Leo Eland, Mochtar Apin, Mori Kinsen, R. M. Pirngadie, dan Sudjojono. Rata-rata karya tersebut berasal dari tahun 1800-an hingga 1900-an.
Pameran Rayuan Pulau Kelapa berlangsung hingga 8 April 2023 di museum yang beralamatkan di Jalan Kebangkitan Nasional No. 2, Surakarta tersebut.
Gratis dan terbuka untuk umum, pengunjung wajib melakukan registrasi sebelum kedatangan di tumurunmuseum.org atau lewat tautan yang tercantum dalam akun Instagram @tumurunprivatemuseum. Jadwal kunjungan tiap Selasa-Minggu dengan empat pilihan sesi waktu, yakni pukul 10:00, 11:00, 13:00, dan 14:00
Teks: Melinda Yuliani