Coban Sriti merupakan salah satu destinasi alam yang tersembunyi di Kabupaten Lumajang. Terletak di Desa Tamanayu, Kecamatan Pronojiwo, air terjun yang berada di ketinggian 600 mdpl ini dikelilingi tebing melingkar yang menjulang setinggi 150 meter dengan pepohonan rimbun di sekitarnya.
Aliran airnya yang berasal dari Sungai Besukbang terbelah menjadi dua dan jatuh dari ketinggian sekitar 120 meter, membuatnya masuk dalam daftar air terjun tertinggi di Indonesia. Suasananya begitu asri dan alami, selain pemandangannya pun menawan, sehingga tak sedikit petualang maupun pemburu foto yang datang kemari untuk mengabadikan keindahannya.
Namun, seperti yang disebutkan di atas, lokasi air terjun ini begitu tersembunyi dengan akses yang masih sulit. Bahkan, air terjun ini dijuluki Coban Wolu (berarti delapan dalam bahasa Jawa) karena untuk mencapainya mesti melewati derasnya aliran Sungai Glidik hingga delapan kali.
Jalur ini bisa sangat membahayakan, terutama di musim hujan. Belum lagi ada kemungkinan terjangan lahar dingin dari Gunung Semeru. Untungnya warga sekitar telah membuka akses menuju Coban Sriti yang lebih aman, walau masih tetap menguras fisik karena jalurnya yang curam dan bersandingan langsung dengan jurang.
Coban Sriti dapat ditempuh dari pusat kota Lumajang atau Malang. Durasi perjalanan sekitar 2-2,5 jam berkendara melintasi jalur yang berkelok-kelok di selatan lereng Gunung Semeru. Jalannya baik dan mulus, namun perlu berhati-hati karena kerap dilintasi truk pembawa pasir.
Setibanya di gerbang masuk menuju Coban Sriti, kamu dapat membayar tiket sebesar Rp10 ribu per orang dan memarkirkan kendaraan di lokasi yang sudah disediakan (Rp5 ribu untuk motor). Kemudian, kamu bisa melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Jalurnya melintasi perkebunan, sebelum turun curam ke bawah mengikuti kontur tebing. Persiapkan fisik karena perjalanan turun maupun pulang akan melelahkan, selain menantang mental, terutama untuk yang takut ketinggian. Pasalnya, di beberapa titik ada jalur yang bersisian langsung dengan jurang yang sangat dalam, meski sudah dipagari dengan bambu dan dilengkapi tali untuk berpegangan.
Setelah melintasi turunan, jalurnya akan kembali datar, sebelum menjumpai jembatan bambu di atas aliran sungai. Lanjutkan perjalanan menyusuri jalan setapak setelah turunan terakhir, hingga akhirnya tiba di Coban Sriti.
Mencapai air terjun ini memang butuh perjuangan, namun semua lelah serasa sirna setibanya di lokasi dan menikmati keindahannya. Kamu bisa melepas lelah dengan duduk-duduk di bebatuan yang ada di dekat air terjun atau mencari spot terbaik untuk mengabadikan momen tersebut. Hanya saja, jangan coba-coba mendekati aliran air terjun tersebut atau bermain di kolamnya karena debitnya begitu deras dan bisa berbahaya.
Waktu terbaik kemari adalah pagi hari dan saat langit sedang cerah untuk memotret. Berhati-hatilah bila datang saat musim hujan, dan sebaiknya tanyakan ke warga sekitar yang lebih paham situasi dan kondisi di sana, apakah aman untuk bepergian ke Coban Sriti.
Teks: Melinda Yuliani