Tradisi Pemakaman Unik Tana Toraja, Kuburan Bayi di Pohon Tarra

Mereka yang sudah pernah ke Tana Toraja tentu sudah tak asing dengan bukit-bukit batu yang kerap dimanfaatkan warganya sebagai kuburan, lengkap dengan tau-tau atau boneka kayu yang dibuat menyerupai orang yang meninggal. Tradisi penguburan batu yang unik ini sudah ada sejak abad 17, ketika suku Bugis menginvasi Tana Toraja dan merusak makam nenek moyang.

Dalam rangkaian pesta penguburan, jenazah beserta tau-tau akan diusung sambil berjingkrak sepanjang jalan dari rumah duka menuju kuburan di atas tebing. Sesampainya, jenazah diturunkan ke tempat peristirahatan terakhirnya, yaitu sebuah celah di tebing batu, bersama anggota keluarga yang telah lebih dulu meninggal.

Namun, kuburan batu tersebut ternyata hanya diperuntukkan orang dewasa. Tradisi penguburannya akan berbeda bila yang meninggal adalah seorang bayi. Warga Toraja menamai proses tersebut sebagai pasilliran, yakni menguburkan jenazah bayi di lubang-lubang pada batang pohon tarra.

Pohon tarra adalah pohon sukun dengan kandungan getah putih yang banyak. Diyakini, pohon ini dapat menjadi pengganti rahim sang ibu. Sementara getah pohonnya sendiri menjadi pengganti dari air susu ibu, sehingga sang bayi dapat tenang beristirahat di pohon tersebut tanpa kekurangan susu.

Bayi yang meninggal dan dimakamkan di pohon ini adalah yang usianya kurang dari enam bulan, belum tumbuh gigi, belum bisa berjalan, dan sedang menyusui. Menurut kepercayaan setempat, bayi dengan kondisi seperti itulah yang dianggap masih suci.

Bayi akan dikuburkan dalam posisi meringkuk, tanpa pakaian atau pembungkus apa pun, layaknya saat ia berada dalam rahim ibunya. Setelah jenazah diletakkan di dalam pohon, lubangnya ditutup dengan ijuk dari pohon enau.

Mirip dengan pemakaman orang dewasa, semakin tinggi lubang jenazah bayi, semakin tinggi pula status sosial keluarga bayi tersebut. Setelah puluhan tahun, jenazah bayi itu akan menyatu dengan pohon tempat ia dikuburkan. Pohon yang dilubangi itu pun dapat tetap hidup layaknya pohon lainnya berkat getah di dalamnya yang dapat membantu bekas lubang dalam pohon untuk lekas kering seperti semula.

Untuk melihat kompleks pemakaman bayi dalam pohon ini, kamu bisa mengunjungi objek wisata Baby Grave Kambira. Lokasinya di Kelurahan Tongko Sarapung, Kecamatan Sangalla, sekitar setengah jam berkendara dari Makale, ibu kota Kabupaten Tana Toraja. Sesampainya, kamu bisa menuruni anak-anak tangga yang tak jauh dari lokasi pintu masuk hingga tiba di kawasan pemakaman dengan deretan pohon bambu di sekitarnya.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here