Berburu Batik Gentongan Khas Madura

Dapat diakses mudah dengan melintasi Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dengan Kabupaten Bangkalan, Madura kerap disisipkan dalam rencana perjalanan bagi wisatawan yang berkunjung ke kota terbesar kedua di Indonesia tersebut.

Sebagian hanya berniat untuk sekadar melewati jembatan ikonik tersebut, sebelum kembali ke Surabaya, sementara yang lain benar-benar ingin mencari tahu keunikan Madura dan menginap satu-dua hari di sana. Tentu saja ini bisa menjadi ide menarik bagi warga Surabaya yang ingin melewatkan akhir pekan di luar kota tanpa harus jauh-jauh berkendara.

Salah satu aktivitas yang kerap dilakukan setibanya di Madura adalah wisata kuliner. Meski demikian, banyak kegiatan lainnya yang bisa kamu lakukan di sini, dari wisata alam hingga budaya.

Selepas berkeliling Madura, jangan lewatkan untuk berbelanja oleh-olehnya yang khas, entah untuk sendiri atau dibagikan ke sanak saudara. Salah satunya yang patut diburu adalah batik khas Madura.

Menggunakan goresan tegas dengan polesan warna cerah, batik khas Madura dikenal pula sebagai batik gentongan. Hal ini dikarenakan pada tahap terakhir proses pewarnaan, kain direndam di dalam gentong selama beberapa hari.

Proses perendaman paling cepat adalah sehari semalam, dan yang paling lama mencapai 41 hari dengan disertai ritual khusus setiap malam Jumat legi. Dipercaya, proses perendaman di gentong ini dapat memunculkan aura pada kain batik.

Bahkan, warga setempat memiliki pantangan khusus, yakni perempuan yang tengah menstruasi tidak diperbolehkan melakukan ritual gentongan atau merendam kain batik dalam gentong.

Tak heran bila proses pembuatan batik gentongan ini membutuhkan waktu yang lama. Rata-rata bisa mencapai satu bulan, namun ada pula yang lama hingga delapan bulan.

Karena rumit dan disertai ritual khusus, tak sembarang orang sanggup untuk mempelajari pembuatan batik gentongan. Batik gentongan sendiri sudah menjadi merek dagang batik asal Tanjungbumi, Bangkalan, dan telah menjadi semacam tradisi yang diteruskan turun-temurun.

Di kalangan masyarakat setempat, batik gentongan memiliki nilai yang lebih dari sekadar kain bermotif. Di masa lalu, batik tersebut tidak diperjualbelikan, dan hanya digunakan untuk sejumlah upacara penting.

Misalnya untuk upacara pernikahan, batik gentongan kerap digunakan sebagai salah satu mas kawin yang wajib diberikan pengantin pria kepada pengantin wanita. Pemberian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kharisma bila nantinya dipakai sang istri. Hingga kini, tradisi tersebut masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Bangkalan.

Ingin mengoleksi batik gentongan? Harganya beragam tergantung seberapa rumit proses pembuatannya, yakni dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Salah satu gerai batik gentongan yang dengan senang hati mengajarkan dan memperlihatkan teknik pembuatannya adalah Zulpah Batik di Jalan Pelabuhan II Pasesah (utara Polsek), Tanjungbumi, Bangkalan.

 Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here