Menyambangi Kuburan Batu Ikonik di Lemo, Tana Toraja

Lemo adalah nama sebuah destinasi di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Dalam bahasa setempat, nama tempat ini berarti ‘jeruk’, karena perbukitan yang berada di dekatnya berbentuk seperti jeruk. Lemo sendiri terletak sekitar 11 km di selatan Rantepao, atau dapat diakses dengan 30 menit berkendara.

Wisatawan yang berkunjung ke Tana Toraja tak pernah melewatkan Lemo dalam rencana perjalanannya. Pasalnya, Lemo menawarkan pemandangan ikonik Tana Toraja, yaitu tebing batu yang digunakan sebagai makam dengan tau-tau alias boneka dari kayu yang dibuat menyerupai orang yang meninggal.

Berhubung pembuatannya mahal, hanya jenazah yang keturunan bangsawanlah yang dikuburkan bersama tau-tau – boneka kayu yang didandani lengkap dengan baju dan aksesori menyerupai almarhum.

Sebagai wadah untuk menampung jiwa orang yang meninggal, tau-tau terbuat dari kayu nangka yang tahan lama, walau ada juga yang terbuat dari bambu, dan melibatkan ritual upacara yang tidak sembarangan.

Pada tahun 1980-an marak terjadi pencurian tau-tau untuk dijual ke luar negeri sehingga boneka kayu itu kemudian diletakkan jauh tinggi di gunung batu atau disembunyikan di dalam gua.

Setiap beberapa tahun sekali, keluarga akan mengadakan upacara penghormatan kepada moyang mereka. Di saat itu, kuburan akan dibuka dan tau-tau akan diganti bajunya dengan diiringi doa dan persembahan berupa sirih, buah pinang, rokok, tembakau, nasi, daging babi, dan tuak.

Dalam rangkaian pesta penguburan, jenazah beserta tau-tau diusung sambil berjingkrak-jingkrak sepanjang jalan dari rumah duka ke kuburan di atas tebing.

Mengusung jenazah ini, karena membutuhkan tenaga yang besar, merupakan bentuk penghormatan terakhir para pemuda setempat kepada jenazah.

Sesampainya di lokasi penguburan, peti dibungkus dengan anyaman tikar dan diangkat beramai-ramai ke puncak gunung batu yang terjal.

Ketika sudah sampai di puncak, dengan diikat seutas tali, jenazah diturunkan perlahan ke tempat peristirahatan terakhirnya, yaitu sebuah celah di tebing batu bersama anggota keluarga yang telah lebih dulu meninggal.

 Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here