Geopark Ciletuh yang berlokasi di Sukabumi, Jawa Barat menyimpan sejumlah atraksi alam yang menanti untuk dieksplorasi, dari deretan curugnya yang indah, hingga pantai-pantainya yang menyuguhkan pemandangan memesona.
Menariknya, sejumlah tempat tersebut terletak berdekatan, sehingga kamu bisa mengunjunginya sekaligus dalam satu perjalanan. Kamu bahkan bisa mencuri waktu di akhir pekan untuk liburan singkat ke Geopark Ciletuh.
Kalau tak ingin repot, kamu bisa memesan tur dari sejumlah operator terpercaya, seperti Explorer.id. Seharga Rp300 ribu per orang, perjalanan ke Geopark Ciletuh berlangsung selama sehari penuh, dengan keberangkatan dilakukan pukul 21:00 dari Jakarta. Keesokan harinya, kamu bisa menuju sejumlah destinasi andalan di Geopark Ciletuh, sebelum kembali ke Jakarta malamnya.
Perjalanan ini paling pas dilakukan saat akhir pekan, dengan keberangkatan Jumat malam sepulang kerja. Kemudian di hari Minggu, kamu bisa melewatkan sehari penuh untuk beristirahat sebelum beraktivitas kembali keesokan harinya.
Menuju Bukit Panenjoan
Tim Getlost.id berkesempatan berwisata ke Geopark Ciletuh pada akhir pekan lalu bersama Explorer.id. Dari Jakarta, kami bertemu di meeting point yang sudah ditentukan, sebelum perjalanan dilanjutkan ke destinasi pertama, yakni Bukit Panenjoan.
Tiba subuh hari, kami melanjutkan tidur sebentar di minivan yang mengantar selama perjalanan, sebelum kemudian bangun untuk sarapan di warung sembari menikmati udara pagi yang sejuk.
Banyak wisatawan yang datang ke Bukit Panenjoan untuk melihat pemandangan Geopark Ciletuh dari ketinggian. Namun karena masih pagi, kabut tipis masih menyelimuti kawasan tersebut.
Curug Sodong dan Curug Cikanteh
Dari Bukit Panenjoan, perjalanan dilanjutkan sekitar satu jam menuju Curug Sodong. Tanpa harus trekking, kami sudah bisa melihat keindahan curug dari area parkir.
Karena aksesnya yang mudah inilah, wisatawan tak pernah melewatkan kunjungan ke curug satu ini. Selain itu, tampilannya pun unik dengan cekungan di balik air terjun yang terlihat seperti gua. Sesuai namanya, ‘sodong’ dalam bahasa Sunda memang berarti cekungan.
Puas berfoto di Curug Sodong, kami berjalan kaki menuju Curug Cikanteh sejauh sekitar 350 meter. Jaraknya memang tak terlalu jauh, namun medannya cukup menantang.
Kami mesti berjalan melalui hutan dengan tanjakan dan bebatuan besar di sepanjang jalur. Tak hanya itu, kami bahkan harus menyeberangi sungai dengan berjalan di atas jembatan bambu yang dibuat oleh warga lokal.
Seluruh perjuangan tersebut tentunya terbayar setibanya di Curug Cikanteh. Setinggi sekitar 60 meter, curug ini menyuguhkan panorama yang eksotis dengan debit air yang mengalir melewati formasi bebatuan besar. Sementara itu, di sekelilingnya tampak pepohonan rimbun yang membuat suasana semakin asri.
Menyeberang ke Pulau Kunti
Dari Curug Cikanteh, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Palangpang, sebelum naik kapal menuju Pulau Kunti selama sekitar setengah jam. Walau namanya terkesan menyeramkan, pulau ini jauh dari kata seram – malahan pemandangannya luar biasa cantik.
Wisatawan akan dimanjakan dengan keindahan hamparan pasir putih di pantainya dengan sejumlah bebatuan karang yang timbul di baliknya. Deretan pepohonan rindang tampak memenuhi kawasan tersebut. Kalau berjalan lebih jauh, kamu akan menjumpai gua eksotis yang bisa dimasuki untuk berfoto.
Sebagai bagian dari Geopark Ciletuh, Pulau Kunti juga menawarkan beragam flora dan fauna. Selagi berkeliling, kamu bisa saja bertemu dengan elang jawa yang bertengger di pepohonan, atau rusa yang sedang berkeliaran bebas. Di hamparan pantainya sendiri bisa dijumpai bambu langka, seperti haru gereng yang punya khasiat obat.
Curug Cimarinjung
Selepas makan siang di Pulau Kunti, kami naik kapal untuk kembali ke Pantai Palangpang dan melanjutkan ke destinasi berikutnya, yakni Curug Cimarinjung.
Sama halnya dengan Curug Sodong, akses ke Curug Cimarinjung terbilang mudah – tinggal menyusuri jalan setapak di samping pematang sawah dan dinding batu. Debit airnya cukup dahsyat, walau warna airnya agak kecokelatan akibat keberadaan tambang emas di hulu sungai.
Fasilitas di sini terbilang lengkap, dengan deretan warung makan, kamar bilas, dan penjual suvenir. Karena kebetulan belum sempat mandi, selain tubuh pun sudah mulai gerah, kami memutuskan untuk mandi di sana dengan harga sewa Rp5 ribu per kamar mandi.
Puncak Darma
Selepas berbilas, kami memutuskan untuk pulang. Namun sebelum itu, kami berencana mampir di satu tempat ikonik lainnya di Geopark Ciletuh, yakni Puncak Darma.
Setinggi 230 meter, Puncak Darma menyuguhkan panorama Teluk Ciletuh yang berbentuk tapal kuda, lengkap dengan hamparan pantai dan persawahan. Menurut warga setempat, panoramanya terutama indah saat matahari terbenam.
Sayangnya, kami tak bisa berlama-lama di sana untuk menghindari macet dan agar bisa sampai di Jakarta tepat waktu. Sekitar pukul 15:30, kami memutuskan untuk pulang ke Jakarta dengan sebelumnya mampir sebentar di toko oleh-oleh. Setibanya di Jakarta pukul 21:00, kami langsung melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah masing-masing.
Tertarik mengikuti trip dengan rencana perjalanan seperti di atas? Silakan kunjungi laman ini untuk info lebih lanjut.
Teks: Deslita Sibuea & Anabella Bethlea | Editor: Melinda Yuliani