Menyaksikan Uniknya Budaya Toraja di Pasar Bolu

Pasar Bolu merupakan salah satu atraksi menarik yang wajib dikunjungi selagi di Toraja Utara. Menempati lahan seluas 2,69 hektar, pasar tradisional ini tak hanya menjual sayur, buah, dan ternak hidup, seperti ayam dan babi, tapi juga tedong (kerbau).

Setiap Sabtu, para pemilik tedong membawa tedong mereka ke Pasar Bolu yang terletak dua kilometer dari Rantepao untuk diperjualbelikan.

Kerbau-kerbau, baik jenis biasa maupun yang berjenis bule (albino) maupun tedong bonga (kerbau belang) yang dicucuk hidungnya, tampak tertambat pada tonggak-tonggak.

Pemiliknya sesekali menyirami tubuh tedong dengan seember air dan menyuapkan rumput ke mulutnya. Penyuka fotografi akan banyak menemukan objek di sini, mulai dari interaksi antara kerbau dan pemiliknya hingga suasana pasar yang hiruk-pikuk oleh suara manusia maupun hewan.

Bagi yang tidak memotret pun dapat sekadar berjalan-jalan keliling pasar – di sudut lain terdapat area khusus penjual babi – atau berbincang dengan penjual kerbau, yang akan sangat antusias setiap ditanya tentang kerbau-kerbau mereka.

Tak heran, bagi masyarakat Toraja, tedong adalah aset yang berharga karena harganya mahal setiap ada perayaan adat besar, seperti Rambu Solo’. Semakin berkuasa seseorang, semakin banyak pula kerbau yang disembelih.

Harganya sendiri beragam, ditentukan berdasarkan warna dan ukuran tubuh kerbau. Rata-rata seekor kerbau harganya berkisar belasan hingga puluhan juta rupiah. Sementara kerbau-kerbau lain yang merupakan ternak unggulan bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Menariknya lagi, sejak pasar ini dibangun hampir tiga dekade lalu, pembayarannya sepenuhnya menggunakan tunai. Jadi, pengunjung pasar bisa melihat para pembeli yang mesti menyiapkan segepok uang tunai untuk membeli kerbau-kerbau tersebut.

Tradisi ini tak pernah berubah sejak dulu dan masih dilestarikan hingga saat ini. Karena keunikannya, Pasar Bolu dianggap sebagai salah satu ikon Toraja Utara dan keberadaannya menjadi bagian tak terpisahkan dalam budaya masyarakatnya.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here