Museum Tsunami Aceh Dibuka Lagi, Apa Saja Isinya?

Pandemi Covid-19 memaksa Museum Tsunami Aceh untuk menutup pintunya selama berbulan-bulan bagi wisatawan. Namun, sejak awal tahun ini, museum tersebut dapat dikunjungi kembali dengan protokol kesehatan yang ketat.

Pertama, jumlah wisatawan yang berada di dalam museum dibatasi hanya untuk 100 orang saja. Begitu penuh, pintu utamanya akan ditutup sementara. Bila sudah berkurang, barulah pintunya dibuka lagi.

Di dalam museum, pengunjung dapat bebas menikmati seluruh fasilitas yang ada. Namun, durasi maupun jumlah pengunjungnya akan dibatasi di masing-masing ruangan. Di Sumur Doa, misalnya, hanya boleh maksimal 20 orang dengan durasi lima sampai tujuh menit.

Sementara itu, pengunjung yang mengantre hanya dibatasi maksimal 20 orang saja dengan masing-masing duduk di kursi yang sudah disediakan. Dengan demikian, mereka dapat tetap menjaga jarak satu sama lain.

Mengenang Tsunami

Berlokasi di Jalan Sultan Iskandar Muda, atau sekitar 10 menit jalan kaki dari Masjid Raya Baiturrahman, Museum Tsunami Aceh yang dirancang Ridwan Kamil ini berkonsep rumah adat Aceh dengan struktur yang menyerupai rumah panggung.

Museum ini dibangun sebagai monumen simbolis untuk mengenang gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 2004 lalu yang menelan setidaknya 230.000 lebih korban jiwa. Tak hanya itu, museum ini juga berfungsi sebagai pusat pendidikan sekaligus pusat evakuasi andai tsunami terjadi lagi.

Foto: Instagram @irgiscreen

Saat memasuki museum, hal pertama yang akan kamu jumpai adalah lorong sepanjang 30 meter dan setinggi 19-23 meter yang melambangkan tingginya gelombang tsunami. Air dibuat mengaliri kedua sisi dinding yang remang dengan efek gemuruh air untuk menggambarkan suasana mencekam saat tsunami terjadi.

Selepas melalui lorong tersebut, kamu akan tiba di sebuah ruangan yang disebut Sumur Doa. Ruangannya tak besar dan diterangi cahaya temaram dengan dinding yang dipenuhi ukiran nama korban tsunami.

Foto: Instagram @herniekamawati

Sumur Doa memiliki struktur mirip cerobong setinggi 30 meter yang menandakan tinggi gelombang tsunami saat menghantam Aceh. Di atasnya tertulis kata “Allah” dalam aksara Arab yang mengartikan hubungan manusia dengan Tuhan.

Dari ruangan ini, kamu akan diantar memasuki Memorial Hall. Ruangan ini memiliki 26 monitor yang masing-masing menampilkan foto korban. Angka 26 sendiri adalah tanggal ketika tsunami terjadi (26 Desember).

Foto: Instagram @14torry

Museum yang berlantai dua ini juga menyimpan media-media pembelajaran, seperti perpustakaan dan ruang alat peraga. Pihak pengelola juga menyediakan pemutaran film dokumenter selama sembilan menit yang menggambarkan peristiwa di suatu pagi bersejarah pada Minggu, 26 Desember 2004 itu.

Museum Tsunami Aceh beroperasi mulai pukul 09:00 hingga 16:00 dengan tiket masuk Rp3.000 per orang. Karena letaknya yang ada di pusat kota, kamu dapat sekalian mampir ke sini saat mengunjungi atraksi lain yang ada di Banda Aceh.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here