Kembali ke Paris Abad 19 yang Artistik di Montmartre

Gang-gang berlantai batu yang dijulangi kubah putih Sacré-Cœur Basilica di sekitar Montmartre, dengan mudah membuat siapa pun bagai berada di Paris era 1920-an. Walau berada di tengah Paris yang modern dan merupakan salah satu tempat paling ramai dengan turis, keunikan Montmartre adalah suasana pedesaannya yang tetap terpelihara.

Desa tempat seniman berkumpul sejak abad 19 berkat keberadaan tempat hiburan malam Moulin Rouge dan Le Chat Noir, kini menjelma menjadi pusat industri kreatif warga setempat, yang hadir dalam bentuk kafe, butik, toko vintage, dan perusahaan start-up kecil-kecilan. Selain berbelanja atau menikmati kopi dengan sepotong pastry yang menyajikan pemandangan ke arah Sacré-Cœur Basilica, nikmati atraksi menarik lainnya di Montmartre yang lawas.

  • Musée de Montmartre

Studio di 12-14 Rue Cortot pernah menjadi tempat pertemuan dan rumah bagi banyak seniman, termasuk Pierre-August Renoir, Charles Camoin, Émile-Othon Friesz, Raoul Dufy, Émile Bernard, Suzanne Valadon, dan Maurice Utrillo. Musée de Montmartre didirikan pada 1960 dan menampung koleksi lukisan, poster, dan gambar karya Toulouse-Lautrec, Modigliani, Kupka, Steinlen, Valadon, Utrillo, dan lainnya.

Berjalan di sekitar museum, pejalan akan menikmati pemandangan artistik dan suasana kabaretnya yang autentik. Hôtel Demarne dan Café Renoir menjadi pelengkap sempurna yang membangkitkan nostalgia masa lalu. Hanya sepelemparan batu dari Place du Teutre, tiga Taman Renoir mengelilingi Musée de Montmartre, menghadap ke kebun anggur lokal.

  • Espace Dalí

Galeri ini menawarkan penemuan kembali Salvador Dalí yang menarik, menyingkap yang belum pernah disaksikan dari karya-karya seniman asal Spanyol ini. Pameran ini tepat bagi penggemar aliran Surealisme, yang koleksi seninya ditampilkan permanen di sini. Sebelum meninggalkan pameran, pastikan untuk mampir ke bilik foto instan, di mana Anda dapat memasukkan wajah ke dalam bingkai seperti gaya Dalí.

  • Montmartre Cemetery

Kunjungan ke pemakaman mungkin terdengar menyedihkan, tetapi di Paris, hal ini dipandang sebagai momen apresiasi terhadap budaya. Montmartre Cemetery menjadi tempat peristirahatan terakhir tokoh sastra ternama di zamannya, seperti Émile Zola yang menulis novel Prancis terkenal, Thérèse Raquin (1868), juga terdapat makam Alexandre Dumas dan Edgar Degas. Kebanyakan pejalan memilih mengunjungi Père Lachaise Cemetery yang lebih terkenal, namun Montmartre Cemetery terasa lebih khusyuk karena minim pengunjung.

  • Musée de la Vie Romantique

Perjalanan ke Musée de la Vie Romantique terasa sempurna untuk dilakukan di salah satu kota romantis di dunia. Kembali ke awal 1830-an, pelukis Belanda Ary Scheffer mengubah rumahnya, Hôtel Scheffer-Renan, menjadi salon yang sibuk, yang kerap dikunjungi berbagai seniman, seperti George Sand, Frédéric Chopin, Eugène Delacroix, dan Franz Liszt. Museum ini sering menyelenggarakan sejumlah pameran sementara, pertunjukan musik, pembacaan buku, dan kegiatan untuk anak-anak. Pastikan untuk berkunjung sebelum Oktober, ketika kedai teh yang berlokasi di rumah kaca dibuka.

  • Place du Tertre

Place du Tertre terlihat seperti gambar pada kartu pos, yang menawarkan suasana menyenangkan dan tampil artistik. Tempat ini ramai dengan seniman yang sibuk menggores kanvas, kios warna-warni, dan suvenir untuk dijual di alun-alun. Tidak ada kewajiban untuk membeli, karena Place du Tertre layaknya galeri terbuka daripada pasar seni. Pemandangan artistik ini berdampingan dengan bangunan-bangunan dari abad 18 dan jalanan berbatu, yang makin menambah kesan lawas saat melewatkan hari di Place du Tertre.

Teks: Priscilla Picauly

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here