7 Makanan Khas Thailand Utara Ini Unik dan Tak Ada di Wilayah Lain

Tahukah Anda, masakan khas di Thailand Utara jauh berbeda dengan yang ada di Thailand Selatan? Masakan khas Thailand Utara rasanya tak begitu tajam, selain banyak menggunakan daging atau bahan berlemak lainnya untuk menjaga tubuh tetap hangat karena cuaca di wilayah utara yang memang lebih dingin.

Yang pasti, pecinta kuliner akan dimanjakan saat berkunjung ke kawasan Thailand Utara karena akan dapat mencicipi koleksi masakan Lanna yang tidak terdapat di kota-kota lain di Thailand, seperti berikut ini.

Khao Soi

Khao Soi adalah makanan paling populer di Thailand Utara. Bila di Indonesia, mungkin bisa disetarakan dengan nasi goreng, karena mudah ditemui di mana-mana, dari penjaja kaki lima hingga hotel bintang lima. Di street food market, tarifnya cuma 50 baht saja, dengan porsi yang cukup mengenyangkan untuk dinikmati sendiri.

Menu ini sendiri berupa mi kering berkuah kari yang disajikan dengan acar kubis, bubuk cabe, irisan jeruk nipis, dan daging. Dagingnya sendiri ada beberapa pilihan, namun potongan daging babi adalah yang opsi yang paling populer di kalangan warga setempat.

Sai Oua

Dikenal juga sebagai Sosis Chiang Mai, sosis yang terbuat dari daging babi cincang ini dapat dengan mudah ditemui di setiap pasar di Chiang Mai. Rasanya pedas, dan terdiri dari beberapa rempah, termasuk jahe, kunyit, serai, dan bawang putih.

Biasa dimakan sebagai camilan atau hidangan pembuka, sosis ini paling enak dinikmati bersama seporsi khao niao (ketan) dan saus cabai. Anda bahkan bisa membawanya pulang sebagai oleh-oleh dengan harga sekitar 300 baht per kilogram.

Miang Kham 

Miang Kham adalah salah satu hidangan unik yang hanya bisa Anda nikmati saat berada di Thailand Utara. Disajikan dalam satu piring, menu ini berupa beberapa lembar daun Cha Plu serta bahan pelengkap seperti kacang tanah, jahe, cabai, jeruk nipis, bawang merah, dan kelapa.

Anda dipersilakan untuk bereksperimen mencampur bahan-bahan tersebut sesuka hati untuk mendapatkan paduan rasa pedas, manis, dan asam yang unik. Miang kham sendiri biasanya dinikmati sebagai camilan atau hidangan pembuka.

Naem

Naem adalah sosis babi dengan wangi tajam yang khas, yang berasal dari proses fermentasi selama dua hari. Biasanya, sosis ini dinikmati dalam berbagai bentuk, dengan variasi yang paling populer adalah dalam bentuk cincang. Salah satu hidangan yang menggunakan naem adalah naem khluk, semacam salad yang disajikan dengan naem cincang dan aneka sayuran.

Kaeng Khanun

Kaeng Khanun adalah sup kari yang berisi potongan nangka mentah, tomat ceri, daun sirih, cabai kering, dan rempah-rempah.

Wajib dicoba oleh wisatawan saat pertama kali menjejakkan kaki di Thailand Utara, pencinta daging juga dapat meminta potongan daging babi untuk ditambahkan dalam sup mereka.

Kalamae

Penganan manis ini mirip dodol dan “kalamae” adalah pengucapan warga Thailand untuk kata “caramel”. Terbuat dari sirup gula merah, beras ketan, dan santan yang ditaburi biji wijen, warga Thai membuat dodol ini untuk acara-acara istimewa.

Selain dibungkus kecil-kecil dengan daun nipah, kalamae juga hadir dalam bungkus plastik bening dan dodolnya sendiri ada yang warna merah, hijau, hijam, dan cokelat.

Khantoke

Khantoke adalah gaya bersantap tradisional khas Thailand Utara, di mana hidangan disajikan dalam piring-piring besar di atas meja bulat setinggi paha (mirip lesehan di Indonesia).

Biasanya menunya berupa cocolan sambal (nam prik ong dan nam prik noom) dengan kulit babi goreng (kaeb moo), sosis pedas Chiang Mai (sai oua), kari khas Thailand Utara (kaeng hang leh), dan kudapan yang dibungkus daun kaduk (Piper sarmentosum) atau daun cangkring (Erythrina fusca). Semua menu ini disantap dengan nasi, dan kadang dinikmati sambil menonton pertunjukan tari tradisional.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here