Kampanye Terbang Aman Selagi Pandemi

Beberapa waktu lalu, IATA atau Asosiasi Transportasi Udara Internasional merilis hasil survei yang menunjukkan bahwa kesediaan orang untuk bepergian di tengah pandemi bergantung pada seberapa besar kekhawatiran mereka akan risiko tertular Covid-19 selama perjalanan udara. Mereka mengaku, khawatir tertular Covid-19 di pesawat ketika duduk bersebelahan dengan orang mungkin terinfeksi virus corona, saat menggunakan toilet, atau menghirup udara yang terkontaminasi di kabin.

Hasil survei juga menunjukkan pejalan meragukan keselamatan saat berada di bus/kereta untuk menuju pesawat, mengantre saat check-in atau pemeriksaan keamanan, dan menggunakan toilet bandara. Sementara itu, 58 persen responden mengatakan sengaja menghindari perjalanan udara untuk bepergian, dan 33 persen menyarankan tidak naik pesawat sebagai langkah mengurangi risiko penyebaran Covid-19.

Menyadari kekhawatiran di kalangan pejalan, Asosiasi Maskapai Nasional dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) merilis kampanye terbang aman di tengah pandemi Covid-19. Melalui kampanye ini, masyarakat dapat mengetahui informasi bahwa semua praktisi transportasi udara dan pariwisata telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat, tentunya dibarengi dengan kesadaran masyarakat untuk melakukan protokol keselamatan.

Didukung INACA

Kampanye ini juga didukung Indonesia National Air Carriers Association (INACA). Denon Prawiraatmadja selaku Ketua INACA menilai ada persepsi kurang tepat mengenai risiko tinggi penularan Covid-19 di pesawat. Bantahan mengenai persepsi ini dikaji berdasarkan pernyataan Dr David Powell, penasehat medis International Transport Association (IATA). Ia menyebutkan bahwa sangat kecil terjadinya penularan virus Covid-19 di dalam pesawat.

Pernyataan ini berasal dari penelitian yang dilakukannya dengan menanyakan kontak medis 18 maskapai atau sekitar 14 persen global traffic tentang kasus dugaan transmisi Covid-19 dalam penerbangan. Hasilnya, tiga kejadian berasal dari penumpang ke kru, empat kejadian antarpilot, dan tidak tercatat transfer virus antar penumpang.

Pemeriksaan lebih rinci juga dilakukan terhadap empat maskapai, tindak lanjut dari 1.100 kasus yang terkonfirmasi. Dari pemeriksaan ini, Powell tidak menemukan kasus sekunder di antara penumpang dan dua kejadian yang mungkin berasal dari kru.

Dari penemuannya, Powell membuat analisa untuk mengurangi risiko penularan Covid-19 saat berada di pesawat, yaitu penanggulangan di kabin pesawat, penumpang, dan sirkulasi di dalam pesawat. Menurutnya, maskapai diharapkan melakukan pembatasan interaksi tatap muka dan menyediakan pembatas antarbaris pada kursi.

Bagi mereka yang bepergian dengan transportasi udara, diimbau tidak memaksakan keberangkatan jika kondisi tubuh sedang tidak sehat, tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain selama penerbangan, dan melakukan protokol kesehatan yang berlaku.

Walau hasil penelitian menunjukkan kecilnya risiko tertular Covid-19 di dalam pesawat, bukan berarti risiko itu tidak ada. Setiap penumpang harus menyadari bahwa apa saja dapat terjadi dan perlu mengetahui protokol keselamatan yang ditetapkan bandara dan maskapai yang digunakan. Tidak hanya itu, penumpang diimbau untuk menjaga keselamatan diri dengan melakukan tindakan preventif untuk meminimalkan risiko terpapar virus corona.

Teks: Priscilla Picauly

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here