8 Tip Memotret Perayaan Budaya

Tak ada yang membantah betapa Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Bila suatu hari nanti Anda berkesempatan menyaksikan salah satu dari sekian banyak acara budaya yang ditawarkan Indonesia, sebelum berangkat simak kiat-kiatnya berikut.

1. Banyak kalender budaya yang tanggalnya berubah-ubah, seperti Pasola di Sumba atau Festival Lembah Baliem di Wamena. Oleh karena itu, sebelum merencanakan perjalanan, cek dengan operator setempat tentang tanggal pastinya.

2. Lakukan riset. Selain untuk mengerti prosesi budaya yang akan dihadiri, hal ini juga berguna untuk menentukan posisi yang tepat demi mendapatkan gambar yang bagus. Namun ingat, jangan mengganggu jalannya upacara. Biar bagaimanapun, ritual budaya adalah kegiatan sakral bagi kelompok tertentu, sehingga perlu untuk menjaga tindak tanduk agar tidak merugikan.

3. Jika festival budaya tersebut bergerak sangat cepat, gunakanlah lensa 400mm untuk mendapatkan foto closeup. Tak ada salahnya juga menggunakan moda High Speed Continuous.

4. Jika memotret di siang hari yang terik, gunakan flash yang berguna menghindari backlight dan siluet pada foto.

5. Jika festival budaya tersebut tidak banyak gerakan, gunakan lensa tele agar dapat memotret dari jauh. Selain aman, pergerakan Anda juga tak akan mengganggu jalannya festival.

6. Buka mata lebar-lebar karena biasanya banyak objek human interest yang bisa diabadikan.

7. Bawa memory card dan baterai cadangan. Pagelaran festival budaya biasanya memakan waktu satu hari penuh, sehingga kadang tak ada waktu untuk mem-backup memory card atau mengisi ulang baterai kamera.

8. Gunakan speed 1/1250 untuk membekukan momen atau gunakan 1/60 jika ingin menggunakan teknik panning untuk mendapatkan efek gerak.

Perayaan Budaya Paling Fotogenik

  • Pacu Jawi, Tanah Datar, Sumatera Barat

Berbeda dengan Karapan Sapi di Madura, festival yang diadakan tiga kali dalam setahun ini dimaksudkan untuk mengisi waktu luang setelah masa panen. Pacu Jawi diadakan di area persawahan basah. Ekspresi sang pengendara serta lumpur yang beterbangan menjadi objek khas pagelaran yang seru ini.

  • Waisak, Magelang, Jawa Tengah

Perayaan Waisak telah menyedot perhatian banyak fotografer untuk mengabadikan ratusan lampion yang terbang perlahan dengan Borobudur sebagai latarnya. Perlu diingat bahwa Waisak adalah perayaan keagamaan, sehingga penting untuk tetap menghormati jalannya prosesi.

  • Rambu Solo’ di Tana Toraja dan Ngaben di Bali

Mungkin cuma Indonesia yang merayakan kematian seseorang dengan menggelar pesta besar-besaran. Sebut saja upacara untuk mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir Rambu Solo’ di Tana Toraja dan Ngaben di Bali. Dua-duanya memakan biaya besar dan memakan waktu berhari-hari, namun keduanya merupakan perwujudan rasa hormat dan kasih sayang. Puncak pesta penguburan di Tana Toraja adalah mengarak jenazah untuk dimakamkan ke atas tebing setelah mengorbankan puluhan kerbau dan babi.

Sedangkan puncak acara Ngaben adalah pembakaran keluruhan struktur peti berserta jenazah di dalamnya. Api dibutuhkan untuk membebaskan roh dari tubuh agar memudahkan reinkarnasi. Baik Rambu Solo’ maupun Ngaben sama-sama menjadi incaran para fotografer.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here