Hanya Satu Jam dari Makassar, Taman Nasional Ini Punya Air Terjun Cantik

Makassar merupakan salah satu kota favorit untuk wisata kuliner, selain pintu gerbang untuk menuju banyak destinasi yang menarik di Sulawesi Selatan, termasuk Taman Nasional Bantimurung – Bulusaraung yang terkenal dengan karst dan gua-gua berhiaskan stalaktit dan stalagmit yang indah. Warga Makassar terutama sering melewatkan akhir pekan di air terjunnya, sehingga usahakan datang di luar Sabtu-Minggu agar dapat lebih leluasa bermain air di air terjunnya yang setinggi sekitar 15 meter.

Air terjun itu jatuh ke kolam yang dipenuhi hamparan batu. Karena tidak dalam, yaitu hanya antara mata kaki hingga pinggang orang dewasa, maka bermain di air terjun ini aman untuk seluruh keluarga. Bagi yang tidak dapat berenang pun dapat mengapung di sungai dengan menyewa ban mobil bekas.

Puas bermain air, pengunjung juga dapat menuju Goa Batu Bantimurung yang terletak sekitar 800 meter dari air terjun dan terhubung dengan tangga beton setinggi sekitar 10 meter. Di pintu gua terdapat warga setempat yang menyewakan petromaks dan senter untuk penerangan di bagian dalam gua yang berhiaskan stalaktit dan stalagmit indah.

Konon Alfred Russel Wallace pernah menjuluki Bantimurung sebagai The Kingdom of Butterfly, berkat terdapatnya 250 spesies kupu-kupu di kawasan ini. Namun sayangnya kini lebih banyak kupu-kupu dalam keadaan mati dibandingkan yang hidup. Di dekat pintu keluar banyak berjejer kupu-kupu yang diawetkan dan dibingkai lengkap dengan kacanya seharga antara Rp 25.000 hingga Rp 100.000.

Jumlah kupu-kupu di Bantimurung berkurang drastis hanya tinggal 130 jenis pada 1980 dan 103 jenis pada 1997. Kini spesies yang tersisa mungkin hanya tinggal 50. Selain karena penangkapan liar secara besar-besaran untuk diawetkan, penambangan karst di sekitar Maros juga mengganggu habitat kupu-kupu.

Pangkajene dan Kepulauan

Sebelum kembali ke pusat kota, pelancong dapat sekalian mampir ke Pangkajene dan Kepulauan, atau yang biasa disingkat Pangkep, di sisi barat Taman Nasional Bantimurung – Bulusaraung. Kabupaten ini merupakan tempat asal Sop Saudara yang terkenal dan merupakan hasil kreasi warganya yang bernama H. Dollahi pada 1957. Konon penamaan Sop Saudara terinspirasi dari nama gerai Coto terkenal di Makassar, yaitu Coto Paraikatte, di mana “paraikatte” dalam bahasa Makassar berarti saudara. Dengan menamai sop racikannya Saudara, sang pemilik berharap pengunjung yang makan di warung Sop Saudara akan merasa bersaudara dengan pemilik dan pelayan.

Pangkep adalah kota penghasil bolu (bandeng) karena budidaya bolu di sini yang terbaik se-Sulawesi Selatan. Bandeng yang dihasilkan di tambak-tambaknya terkenal besar-besar dengan rasa daging yang manis tanpa jejak bau lumpur. Warga Pangkep pun kreatif mengolah bolu dan hal ini terlihat dari berbagai rumah makan di sini yang menawarkan bolu bakar (disajikan dengan sambal dan bumbu cuka), ikan kambu (olahan daging bandeng tanpa duri, dimasak dengan santan), parru juku (olahan jerohan ikan bandeng), pallu kaci (bandeng rebus yang diolah dengan bubuk kunyit dan asam Jawa), dan bolu kannasa (bandeng yang diawetkan dengan cara diasinkan).

Belum siap sebagai destinasi wisata, Pangkep sebenarnya menyimpan banyak potensi, sebut saja Sungai Pangkajene yang bersih dan di kiri-kanannya dapat diubah seperti Clark Quay di Singapura. Pelelangan ikan bolunya di malam hari pun menarik dan dapat dijadikan atraksi wisata yang terinspirasi dari Pasar Tsukiji di Tokyo. Pengunjung dapat membeli ikan bolu kemudian memilih cara penyajian masakannya untuk disantap di tempat.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here