Dekat Makassar, Hamparan Karst Ini Tak Kalah Ikonis dengan Pemandangan Ha Long Bay

Tahukah Anda bahwa luas hamparan karst Maros kedua terbesar di dunia setelah hamparan karst yang ada di Guangzhou, China Selatan?

Walau Bandara Hasanuddin terletak di Maros, namun tak banyak pejalan yang mengeksplor wilayah kabupaten yang dipenuhi dengan hamparan tebing karst yang eksotis ini. Maros biasanya hanya sekadar dilewati dalam perjalanan menuju Tana Toraja, padahal bila ada cadangan waktu, dapat mampir sebentar untuk menikmati pemandangan yang tak kalah ikonis dengan pemandangan Ha long Bay. Karena letaknya dekat Makassar, maka perjalanan ke Maros dapat dilakukan dengan day-trip tanpa perlu menginap.

Menara Batu

Hamparan karst di Maros ternyata luasnya kedua terbesar di dunia setelah hamparan karst yang ada di Guangzhou, China Selatan. Di antara karst ini terdapat instalasi gua terpanjang dan terdalam di muka bumi dengan total terdapat 268 gua di sekitar wilayah ini. Di beberapa gua tersebut terdapat lukisan-lukisan purba yang diduga oleh para arkeologi berasal dari antara tahun 3000 hingga 8000 SM.

Terbentuknya kawasan karst Maros terjadi berjuta-juta tahun lamanya melalui proses pengangkatan daratan dari dasar laut, sehingga menyebabkan terbentuknya lorong-lorong gua yang beberapa di antaranya dialiri sungai bawah tanah akibat proses karstifikasi. Bentukan khas dari proses pelarutan gamping ini kemudian menjelma menjadi pemandangan yang indah.

Di zaman prasejarah, kawasan Maros sendiri merupakan pantai dengan hamparan bakau, namun karena perubahan iklim, maka air laut mengering dan bakau menghilang. Seiring dengan semakin padatnya manusia, maka bekas ladang bakau diubah menjadi kawasan pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan.

Sedang direkomendasikan agar dinobatkan sebagai situs warisan alam kelas dunia oleh UNESCO, kemegahan menara-menara batu di Maros dapat dipertimbangkan untuk dikunjungi, salah satunya di Leang-leang yang terletak sebelum Taman Nasional Bantimurung. Dari jalan utama (Jalan Raya Poros Makassar – Maros) masih beberapa kilometer lagi, namun aksesnya sudah bagus. Leang-leang dikelilingi bukit karst dengan hamparan batu-batu runcing bak menara.

Rammang-rammang

Opsi lainnya untuk menikmati keindahan karst Maros adalah dengan bermalam di Kampung Berua, Kecamatan Bontowa. Kampung yang berjuluk Rammang-rammang ini dapat diakses dengan menyusuri Sungai Pute dengan perahu motor (katinting) yang dikelilingi pohon bakau.

“Rammang-rammang” sendiri adalah bahasa Makassar yang berarti sekumpulan awan. Desa mungil yang hanya terdiri dari 17 kepala keluarga ini memang belum resmi menjadi tempat wisata, namun karena informasi dari mulut ke mulut, semakin banyak orang yang mengunjungi desa ini.

Penduduk desa (Daeng Beta, T. 0812 427 57089) menawarkan jasanya untuk mengantar jemput tamu yang menunggu di dermaga untuk menuju desa mereka. Bahkan rumah tetua desanya siap dijadikan tempat menginap.

Bila tak menginap pun, setiap kali kedatangan orang asing, masyarakat desa akan berlomba-lomba menawarkan untuk mampir dan minum teh di rumah mereka. Jika datang di jam makan siang pun, mereka tak ragu-ragu untuk mengundang makan bersama. Inilah tempat yang tepat untuk mengenang kembali keramahtamahan masyarakat Indonesia.

Akses: Dari Jalan Poros Makassar-Maros, cari plang petunjuk menuju Pabrik Semen Bosowo di sebelah kanan. Setelah melihat plang tersebut, belok kanan dan ikuti jalan. Sekitar tiga kilometer, di sebelah kiri terlihat sebuah dermaga mungil. Di situlah jalan masuk menuju Desa Berua.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here