Tip Berburu Api Biru di Kawah Ijen

Blue Fire di Kawah Ijen merupakan salah satu atraksi favorit pelancong maupun pemburu foto di Jawa Timur. Fenomena penguapan belerang ini, di mana gas yang keluar dari tanah bila bertemu oksigen akan tampak seperti api biru, hanya terjadi di dua tempat di dunia, yakni Indonesia dan Islandia, serta tak selalu terlihat sepanjang hari. Untuk memaksimalkan perjalanan berburu api biru di Kawah Ijen, simak beberapa tip berikut ini.

Berangkat Tengah Malam

Merupakan danau kawah terbesar di Jawa pada ketinggian 2.443 meter, untuk menuju Kawah Ijen tersedia dua pilihan, yaitu menginap di Banyuwangi dan berangkat dini hari untuk trekking ke puncak, atau berkemah di lereng Gunung Ijen. Bila memilih opsi pertama, waktu terbaik untuk memulai perjalanan ke Gunung Ijen adalah tengah malam, karena saat langit gelap, warna biru pada Blue Fire pun terlihat lebih jelas. Sekitar 1,5 jam kemudian, kendaraan akan tiba di Pos Paltuding Ijen untuk mengurus perizinan, sebelum melakukan pendakian menuju puncak Kawah Ijen dengan durasi sekitar dua jam. Pukul 04:00 sudah tiba di puncak untuk menikmati Blue Fire dan menanti matahari terbit, kemudian turun kembali pukul 06:30 menuju Pos Paltuding dengan estimasi jalan kaki satu jam. Api biru ini biasanya semakin mengecil sekitar pukul 05:00, jadi pastikan tiba di puncak sebelumnya.

Datang Saat Musim Kemarau

Waktu terbaik melakukan pendakian adalah saat musim kemarau, yakni antara Juli hingga September. Selain api biru yang tampak lebih besar di musim kemarau, jalur pendakian pun juga kering, sehingga saat pendakian lebih aman bagi pengunjung karena tidak licin. Hindari juga musim liburan karena kemungkinan besar bakal mengantre di jalur pendakian yang terjal dan menghadapi kebisingan alih-alih menikmati suasana yang sunyi.

Persiapkan Fisik

Untuk berburu api biru di Gunung Ijen, pendaki harus cukup bugar. Ketinggian gunung ini tidak bisa diremehkan, dan mendakinya pun cukup melelahkan, apalagi medannya yang berupa tanah pasir dan bebatuan ini semakin terjal setelah sekitar setengah jam pendakian. Oleh karena itu, persiapkan fisik yang baik dengan rutin berolahraga, seperti lari setiap pagi sejak seminggu sebelum pendakian. Pastikan juga tidur yang cukup untuk mengurangi rasa kantuk saat trekking.

Perlengkapan Terbaik 

Pastikan membawa kamera dan peralatan seperti tripod untuk memotret api biru. Karena melakukan pendakian tengah malam, jangan lupa membawa senter – dan lebih baik lagi bila senternya yang dapat dipasangkan di kepala agar tangan Anda dapat lebih bebas bergerak.

Gunakan sandal atau sepatu daki dengan tekstur kasar di bawah alas kaki. Beberapa tanjakan ada yang memiliki sudut menukik sehingga perlu gaya gesekan yang besar agar tidak mudah terpeleset. Kenakan juga pakaian yang ringan namun hangat, dan hindari menggunakan pakaian berbahan dasar jins yang lebih berat dan tak dapat menghangatkan kaki. Selain jaket, penutup kepala, kaus kaki, dan sarung tangan, jangan lupa kenakan masker agar tidak terlalu banyak menghirup debu dan bau belerang yang semakin tercium saat mendekati puncak. Bagi pemula, bisa juga sekalian membawa trekking pole.

Minimalkan Barang Bawaan

Cukup membawa kamera dan tripod, atau bila kamera ponsel sudah cukup mumpuni, tak perlu lagi membawa kamera DSLR yang lebih berat. Barang lainnya yang perlu dibawa adalah air mineral, senter, dan makanan ringan, seperti cokelat.

Atur Napas 

Ketimbang adu cepat sampai di puncak, lebih fokuslah dalam mengatur napas dengan baik. Jangan sungkan untuk meminta istirahat sejenak guna mengatur napas, namun tak perlu lama-lama, cukup 30 detik saja. Anda bisa berhenti di tepi jalur pendakian yang memiliki lebar sekitar 3-4 meter dan pastikan berhenti dalam posisi kaki mengerem pada tanjakan curam.

Padukan Kunjungan

Usai mendaki Kawah Ijen, dapat melanjutkan perjalanan menuju tempat-tempat wisata lainnya di sekitaran Ijen, seperti Taman Nasional Baluran yang menawarkan pemandangan khas Afrika dengan sabana yang dihuni rusa, kera ekor hitam, biawak, kawanan banteng, anjing hutan, dan macan tutul yang sudah nyaris punah. Di selatan, tepatnya di Taman Nasional Alas Purwo Pantai, terdapat pantai berpasir putih yang dijadikan tempat penyu bertelur dan laguna yang dipenuhi terumbu karang. Sementara Taman Nasional Meru Betiri yang terpencil merupakan tempat bagi empat spesies penyu bertelur setiap malam, selain merupakan rumah bagi spesies harimau Jawa yang masih tersisa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here