Melaka, Serasa Bukan di Malaysia

Melaka merupakan salah satu kota favorit di Malaysia karena ada banyak hal yang bisa dilihat dan dilakukan. Selain itu, lokasinya hanya beberapa jam dari Kuala Lumpur, sehingga menjadikannya sebagai destinasi sempurna untuk liburan singkat. Selain masyarakat dan suasananya yang multikultural, berikut adalah alasan mengapa Melaka membuat banyak pelancong jatuh hati.

No. 8 Heeren Street

Bangunan tingkat dua dari abad ke-18 ini adalah salah satu dari sedikit ruko bergaya Belanda yang tersisa di Melaka. Direstorasi menggunakan material permanen, bangunan itu adalah bukti bahwa Belanda memiliki perencanaan tata kota yang baik. Rumahrumah di zaman itu harus mengikuti aturan – bahkan ukuran batu bata untuk membangun rumah pun diawasi secara ketat. Nama lain dari Heeren Street adalah Jalan Tun Tan Cheng Lock yang diambil dari nama saudagar China Malaysia yang rumah keluarganya berada di jalan ini. Tun Tan Cheng Lock sendiri adalah tokoh yang memperjuangkan kesejahteraan etnis China di Malaya.

Rumah Merah (Stadthuys)

Bila naik mobil dari Kuala Lumpur ke Melaka, begitu memasuki Melaka suasananya sama dengan kota-kota lain di Malaysia. Namun begitu melewati Kota Tua yang ditandai dengan bangunan megah bergaya Belanda, semua orang akan langsung terdiam dan mengagumi bagunan bercat merah, yang gara-gara rumah itulah maka kawasan di sini dinamai Red Square. Dibangun pada tahun 1650 sebagai kantor gubernur Belanda, bangunan cantik bercat merah yang berada di jantung Melaka ini adalah bangunan yang paling banyak dipotret oleh turis.

St. Paul’s Hill (A’Famosa)

Naik ke bukit ini di sebuah sore yang teduh adalah kegiatan yang difavoritkan mereka yang berkunjung ke Melaka. Benteng Portugis yang dinamai A’Famosa ini dibangun untuk menahan berbagai serangan, berhubung Melaka berada di jalur perdagangan yang strategis. Di sekitar benteng yang pernah dijadikan makam orang penting di zaman Belanda ini juga dikelilingi lapak-lapak suvenir. Sayangnya ada beberapa penjual yang nekad berjualan di dalam reruntuhan benteng, sehingga tak hanya merusak pemandangan namun juga menurunkan nilai sebuah situs warisan budaya yang telah dinobatkan UNESCO yang seharusnya dijaga.

Jalan Hang Jebat (Jonker Street)

Satu jam tak akan cukup dilewatkan di jalan penuh toko suvenir, makanan, dan kedai kopi ini. Buka dari pagi sampai malam, jalan ini digiatkan oleh Tourism Malaysia untuk menggairahkan nightlife di kawasan Kota Tua Melaka. Bila malas berjalan kaki pun, selalu tersedia pilihan untuk menaiki becak hias ala Melaka. Jangan lewatkan juga menyantap chicken rice balls – mirip nasi Hainan, hanya saja nasinya dibentuk bola-bola seperti lemper. Di ujung jalan ini, tak jauh dari monumen kapal Cheng Ho, terdapat Hard Rock Cafe – agak out of place dengan ruko-ruko tua di sekitarnya, namun dapat menjadi alternatif berteduh di ruangan berpendingin udara di siang hari yang panas.

Cheng Hoon Teng Temple

Kuil cantik yang dibangun tahun 1645 ini merupakan kuil terbesar dan tertua di Melaka. Berlokasi di Jalan Tokong (Temple Street), kawasan ini merupakan zona inti dari kawasan yang dilindungi UNESCO. Selama ratusan tahun, kuil dengan arsitektur khas China selatan ini tak hanya menjadi sebuah institusi keagamaan, namun juga berfungsi sebagai pusat administrasi dan peradilan bagi komunitas China yang dibangun semasa Kapitan Li Wei King.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here