Sebagai negara yang kekayaannya tak ada habis – dan juga bingung untuk memulai dari mana – untuk dibicarakan, Indonesia dapat mendongakkan kepala di kancah internasional. Dari puncak tertinggi, laut terdalam, pasir terhalus, hamparan koral terwarna-warni, tarian terindah, candi termegah, kain terumit, biji kopi terlezat, makanan terbanyak variannya, Indonesia punya semua.
Alam Megah
Konon Australia adalah negara yang memiliki taman nasional terbanyak, yaitu 685, dan disusul dengan Tiongkok yang memiliki 208 taman nasional. Indonesia hanya memiliki 50 taman nasional, namun enam di antaranya telah diakui UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia. Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa adalah kekayaan alam Indonesia pertama yang diakui UNESCO pada tahun 1991. Gunung Krakatau, Pulau Handeuleum, dan Pulau Peucang yang memiliki kecantikan alam bawah laut juga termasuk dalam kawasan ini. Banyak yang mengunjungi Ujung Kulon karena penasaran melihat Badak Jawa yang kini populasinya diperkirakan tinggal 50 ekor, sehingga melihat hewan ini kini nyaris merupakan mission impossible.
Taman Nasional Komodo adalah taman nasional kedua yang diakui UNESCO. Di ujung timur Indonesia, Taman Nasional Lorentz diakui sebagai Situs Warisan Dunia sekaligus taman nasional terbesar di Asia Tenggara. Saking besarnya, hingga kini Taman Nasional Lorentz belum terpetakan dengan baik. Hutan hujan tropis Sumatra yang merupakan gabungan tiga taman nasional – Gunung Leuser, Kerinci Seblat, dan Bukit Barisan – juga ditetapkan UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia dan merupakan rumah bagi harimau, gajah, dan badak endemik Sumatra yang populasinya kian terancam.
Kain Rupawan
Membuat kain-kain indah adalah keahlian yang diwarisi secara turun-temurun di Indonesia dan hal ini membuktikan telah majunya peradaban nenek moyang. Indonesia tak hanya memiliki batik. Di Sikka, Kabupaten Maumere, Nusa Tenggara Timur, tenun ikat adalah kerajinan yang akan membuat siapa pun tersentuh begitu tahu rumitnya pembuatan sehelai kain. Sementara untuk songket, Sumatera Barat adalah tempatnya. Terbuat dari benang emas dan perak sehingga menimbulkan efek kemilau, harganya bervariasi tergantung tingkatan benang yang digunakan. Songket yang kaku dan berat membuat orang malas untuk menggunakannya, sehingga bermunculan produsen yang menggunakan bahan sutra agar songket lebih ringan dan lentur.
Sementara budaya di Sumatera Utara tak bisa lepas dari ritual yang melibatkan ulos, mulai untuk melayat, upacara adat, menari, hingga penggunaan sehari-hari untuk ikat kepala dan selendang. Sayangnya sebagian besar telah punah karena tak laku di pasaran sehingga penenun tak memproduksi lagi. Daerah yang populer sebagai destinasi wisata, seperti Pulau Samosir, biasanya menjual ulos mulai dari Rp 100.000. Kalimantan memiliki kain sasirangan yang berasal dari kata “sirang” yang berarti jahit atau jelujur. Metode pembuatan kain ini mirip membatik, namun tanpa lilin dan canting. Pengrajin sasirangan menjahit pola pada kain, mengikat pola pada tali rafia untuk menghindari kontaminasi dengan warna lain, lalu mencelupkannya ke dalam pewarna. Kain suku Banjar ini banyak dijumpai di sejumlah toko di Banjarmasin, Martapura, maupun Balikpapan.
Kopi Nikmat
Kopi awalnya hanya ditanam di Pulau Jawa, namun pertengahan abad ke-17 mulai disebar ke Sumatera, Bali, dan Sulawesi. Kini di Sumatera sendiri terdapat setidaknya 16 jenis kopi. Karakteristik kopi yang tumbuh di Sumatera adalah tekstur yang lembut, dengan cita rasa sedikit asam serta beraroma kakao, tembakau, dan tanah. Penyebaran tanaman kopi menyebabkan munculnya berbagai jenis kopi sesuai iklim dan kondisi tanah di daerah masing-masing. Dengan luas perkebunan yang mencapai 1,3 juta hektar, Indonesia mampu memproduksi 637 ribu ton kopi pada 2017 dan merupakan negara penghasil kopi terbesar keempat setelah Vietnam, Kolombia, dan Brasil.
Kopi asal Sulawesi diwakili Toraja yang rasanya serupa dengan kopi Sumatera dan telah mendapat hak paten di Jepang dan Amerika Serikat, sehingga kedua negara tersebut otomatis menguasai pasar kopi Toraja di dunia. Kopi Wamena yang ditanam pada ketinggian 15.000 kaki dari permukaan laut konon rasanya menyamai jenis Jamaican Blue Mountain yang merupakan kopi premium asal Jamaika. Namun dari sekian banyak jenis kopi di Indonesia, yang paling terkenal di seluruh dunia adalah kopi luwak yang dihasilkan dari pencernaan binatang sejenis musang. Di luar negeri, secangkir kopi luwak bisa dihargai 80 dolar AS.
Tarian Rancak
Indonesia memiliki lebih dari 3.000 tarian daerah. Pada 2011, UNESCO menetapkan Tari Saman sebagai Budaya Warisan Manusia. Tari yang seringkali memukau penonton berkat kekompakan gerakan ini awalnya merupakan bagian dari upacara memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Indonesia juga memiliki Reog Ponorogo asal Jawa Timur, salah satu budaya tari yang masih kental dengan hal-hal yang berbau mistis. Konon para penarinya sengaja memanggil roh untuk masuk ke dalam tubuh mereka dan turut menari. Dengan bantuan roh inilah mereka bisa mengenakan topeng reog yang beratnya mencapai puluhan kilogram dan mengangkatnya dengan gigi. Sebagai pusat kebudayaan Jawa, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memiliki berbagai tarian klasik bernilai seni tinggi, seperti Bedhaya Sang Amurwabhumi ciptaan Sultan Hamengku Buwono X yang menggambarkan kisah cinta Ken Arok dan Ken Dedes.
Sebagai primadona pariwisata Indonesia, tari Bali telah mendunia dan beberapa kali bahkan muncul dalam film-film Hollywood, seperti The Fall (2006) dan Eat, Pray, Love (2010). Tarian yang biasanya dipertunjukkan bagi turis adalah Pendet, Kecak, dan Legong. Tari Bali tak seperti tari Jawa yang memiliki alur cerita, karena lebih menekankan pada keindahan gerakan tubuh.
Musik Etnik
Alat musik tradisional di Indonesia tak terhitung jumlahnya, namun sejauh ini baru angklung dan gamelan yang mendapat pengakuan dari UNESCO. Alat musik tradisional di Indonesia biasanya dimainkan bersamaan dengan tari atau lagu daerah. Talempong adalah alat musik asal Sumatera Barat yang dimainkan untuk mengiringi Tari Piring, Tari Pasambahan, dan Tari Galombang. Bentuk talempong mirip dengan perangkat gamelan, hanya saja bahan dasarnya terbuat dari kuningan. Talempong sama halnya dengan tifa yang mewakili Papua dan Maluku. Alat musik mirip gendang ini dimainkan untuk mengiringi tarian perang di Papua dan Tari Lenso di Maluku. Suaranya yang keras dimaksudkan untuk mengobarkan semangat pantang menyerah agar para prajurit maju ke medan perang dengan menggebu-gebu.
Jajanan Penuh Warna
Lupakan soto atau sate yang setiap daerah memiliki ragamnya sendiri. Keanekaragaman Indonesia juga dengan mudah terwakilkan dalam jajanan pasarnya yang beragam dan penuh warna. Berkunjung ke suatu kota, mengunjungi pasar tradisional dan mengudap kue-kue yang dijual di pasar tersebut dapat menjadi cara instan untuk mengenal masyarakat setempat. Kata “kue” sendiri berasal dari bahasa Hokkian dan awalnya merupakan sebutan untuk kue peranakan Tionghoa. Kue dengan pengaruh Cina tak hanya sebatas sebagai kudapan, namun juga digunakan dalam perayaan tertentu, seperti kue keranjang untuk persembahan kepada para dewa setiap Imlek.
Cina memberikan pengaruh jajanan yang terbuat dari tepung beras, seperti onde-onde, klepon, cenil, putu, ongol-ongol, kue lapis, dan masih banyak lagi. Belanda pun turut menyumbangkan warisan pada jajanan Nusantara dengan penggunaan tepung terigu, mentega, susu, dan cokelat. Namun seringkali susu digantikan dengan santan dan cokelat digantikan dengan gula merah, seperti bobengka dan klapertaart.
Bayang Wayang
Wayang berasal dari kata “bayang” dan kesenian ini diduga masuk ke Indonesia lewat jalur perdagangan Cina maupun India. Seni pertunjukan asli Indonesia yang merupakan warisan budaya UNESCO ini adalah perpaduan unik dari ritual, falsafah hidup, dan hiburan. Cikal-bakal wayang kulit berasal dari sebelum abad ke-10 dalam bentuk awal yang dikenal sebagai Tolu Bommalata dari selatan India. Seni wayang ini kemungkinan menyebar ke Jawa bersamaan dengan penyebaran agama Hindu, yang kemudian sering memainkan lakon dari naskah Ramayana dan Mahabharata. Varian dari wayang kulit adalah wayang golek yang pernah digunakan Wali Sunan Kudus untuk menyebarkan Islam di daerah pesisir Jawa.
Jenis wayang yang juga populer adalah Wayang Potehi yang usianya telah mencapai ribuan tahun. Mirip wayang golek, wayang boneka yang terbuat dari kain ini merupakan kesenian dari Cina dan telah ada sejak masa Dinasti Jin. Wayang Potehi masuk ke Indonesia sekitar abad 16 hingga 19 dan dibawa oleh etnik Tionghoa yang merantau ke berbagai wilayah Nusantara.
Dari sekian banyak jenis wayang, Wayang Suket merupakan jenis yang semakin langka. Kini bila menyebut Wayang Suket, masyarakat mengenal pertunjukan wayang Slamet Gundono, seorang dalang Wayang Suket asal Tegal. Wayang Suket yang ia bawakan juga berbeda dengan pertunjukan lain yang biasanya mengangkat kisah Mahabharata atau Ramayana. Slamet mengembangkan cerita wayangnya dari kisah atau kejadian yang sedang menjadi sorotan media.