Sawahlunto yang berjarak 90 kilometer dari Padang ini kerap dilewatkan wisatawan. Padahal, kota mungil yang dulu berjaya dengan pertambangan batu bara ini punya segudang pesona untuk dikunjungi.
Sebut saja Lubang Tambang Mbah Soero. Terletak di Jalan Abdurrahman Hakim, Desa Tanah Lapang, Kecamatan Lembah Segar, atau sekitar 30 menit berkendara dari pusat kota Sawahlunto, bekas lokasi tambang ini telah direnovasi agar aman dan nyaman diakses.
Dari total panjang 1,5 kilometer, hanya sepanjang 185 meter yang dibuka untuk wisatawan. Setiap harinya, petugas tempat wisata ini akan memastikan bahwa terowongan tersebut aman untuk dikunjungi.
Pengecekan tak hanya dilakukan pada ventilasi dan penerangan. Petugas juga mesti memastikan tak ada gas metan yang tercium karena bisa membahayakan nyawa.
Lubang ini sendiri telah dilengkapi anak-anak tangga tanpa mengubah keaslian area penambangan. Ditemani pemandu, pengunjung bisa menyusurinya sambil melihat foto-foto yang terpampang di sepanjang terowongan.
Lubang tambang ini dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya tahun 1898. Mbah Soero sendiri dipercaya sebagai nama mandor dari ‘orang rantai’ yang dipekerjakan paksa di tambang tersebut. Dinamakan demikian karena memang mereka beraktivitas dalam kondisi kaki terikat rantai.
Para pekerja itu merupakan para narapidana Hindia Belanda yang didatangkan dari berbagai penjuru nusantara. Sebagian diupah kecil, sementara sisanya dipekerjakan secara paksa. Jam kerjanya pun tak tentu dan hanya diberi jatah makan seadanya yang dimasak di Goedang Ransoem.
Untuk memberikan gambaran seperti apa kondisinya, kamu bisa melihat patung orang rantai di halaman di antara pintu masuk Lubang Tambang Mbah Soero dan Galeri Kotak Info. Tampak dua pekerja tengah mendorong lori berisikan batu bara dengan diawasi oleh seorang mandor Belanda.
Sementara di dalam Galeri Kotak Info, kamu bisa menjumpai barang-barang yang pernah digunakan untuk menambang batu bara, seperti martil, linggis, hingga bermacam ukuran rantai yang pernah dikenakan oleh para pekerja tambang. Di galeri ini jugalah kamu bisa mendaftar dan membeli tiket untuk memasuki Lubang Tambang Mbah Soero.
Lubang tambang ini berfungsi hingga tahun 1932, sebelum kemudian ditutup karena terjadi rembesan air sungai. Terowongan ini menyimpan kisah kelam orang rantai sekaligus menjadi bukti bahwa alam Indonesia memang kaya.
Teks: Melinda Yuliani