Mau Mendaki Gunung Agung? Simak Dulu Panduannya!

Mendaki Gunung Agung merupakan salah satu impian para pendaki di Indonesia. Dari puncaknya, kamu tak hanya bisa menikmati keindahan panorama di sekitarnya, seperti Gunung Batur dan Danau Batur, atau bahkan Gunung Rinjani di Lombok, namun juga momen matahari terbit yang mengesankan.

Namun patut diingat kalau Gunung Agung adalah gunung yang sakral bagi masyarakat Hindu Bali. Karena itu, mendakinya pun tak bisa sembarangan dan harus mengikuti arahan penduduk setempat. Oleh karena itu, pendaki dianjurkan menggunakan jasa pemandu lokal.

Foto: Instagram @yogayoana

Total ada dua jalur pendakian yang biasa digunakan, yakni jalur Pura Besakih dan Pura Pasar Agung. Jalur yang pertama disebut ini berada di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, sementara jalur lainnya berada di Desa Sebudi, Kecamatan Selat. Keduanya sama-sama berada di Kabupaten Karangasem.

Jalur Pura Besakih umumnya lebih difavoritkan pendaki, karena bisa sampai ke puncaknya di ketinggian 3.142 mdpl. Sementara jalur Pura Pasar Agung hanya sampai di puncak kedua dari Gunung Agung, atau di ketinggian sekitar 3.031 mdpl. Pendaki bisa saja melanjutkan pendakian ke puncak berikutnya, namun tingkat kesulitannya lebih tinggi dan lebih cocok untuk pendaki profesional atau yang sering naik gunung.

Foto: Instagram @adi.tanayaa

Durasi pendakian via Jalur Pura Besakih adalah sekitar 7-8 jam. Bila melalui jalur selatan, yaitu melewati Pura Pasar Agung, durasi perjalanannya lebih pendek, yakni sekitar 3-4 jam.

Saat ini, Gunung Agung sudah kembali dibuka menyusul statusnya yang turun dari level 2 (waspada) ke level 1 (normal). Namun, karena kondisi masih pandemi dan belakangan kerap turun hujan, sejumlah pendaki memilih untuk menunda pendakian. Pendaki pun diminta untuk tetap waspada dan berhati-hati saat mendaki.

Foto: Instagram @adiiastawaa

Tips

  • Pendakian tidak bisa dilakukan bila sedang ada upacara di Pura Besakih dan Pura Pasar Agung. Datanglah beberapa hari sebelumnya untuk menanyakan kegiatan pura kepada pengurus setempat.
  • Waktu terbaik (sekaligus teraman) untuk mendaki gunung adalah April hingga Oktober. Perhatikan pula cuaca, jangan mendaki saat atau selepas hujan karena treknya yang berbatu akan licin, terutama saat ke puncak.
  • Tidak membawa bekal yang terbuat dari daging sapi karena hewan ini dianggap keramat oleh penduduk setempat.
  • Terdapat sumber mata air di sepanjang perjalanan, namun karena dianggap suci, tidak semua orang boleh mengambilnya. Fungsi pemandu adalah untuk mendoakan sumber air tersebut terlebih dahulu, sehingga pendaki dapat menggunakannya.
  • Kenakan pakaian hangat dan bawa perbekalan secukupnya.
  • Karena minimnya tempat berkemah, sebaiknya lakukan pendakian tektok (tanpa camping) dengan perjalanan yang dimulai dini hari.
Foto: Instagram @elgamartadewi

Jasa pemandu dan operator trekking ke Gunung Agung:

  • Wayan Widi Yasa, pemandu lokal yang pertama kali menemukan rute ke puncak melalui Pura Pasar Agung (akun Instagram @widiyasawayan).
  • Via Traveloka di laman ini. Harga mulai Rp550.000 per orang, sudah termasuk tiket masuk, pemandu, dan alat pendakian (senter dan tongkat).
  • Via Traveloka di laman ini. Harga mulai Rp899.000 per orang, sudah termasuk layanan antar jemput dari/ke hotel, tiket masuk, pemandu, alat pendakian (senter dan tongkat), air minum, dan sarapan di puncak.
  • Bagus Bali Sunrise, tur privat dengan biaya mulai Rp600.000 untuk 4 orang, sudah termasuk tiket masuk, pemandu, layanan antar jemput dari/ke hotel, sarapan di puncak, snack dan buah selama pendakian, air minum, serta alat pendakian (senter dan tongkat).

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here