Yogyakarta dikenal sebagai daerah yang memiliki sejarah panjang. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya candi dan situs purbakala yang tersebar di seluruh penjuru kota. Situs-situs ini dapat diakses dengan mudah dan tidak jarang menjadi tujuan untuk gowes santai sembari menikmati suasana kota.
Salah satu situs tersebut berada di wilayah Pedukuhan Payak, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Situs ini diberi nama sesuai nama daerah tersebut, yakni Situs Payak. Terletak sekitar 200 meter di sisi selatan Jalan Jogja-Wonosari Km 12, situs ini sering menjadi lokasi gowes santai karena letaknya berdekatan dengan permukiman warga dan mudah diakses.
Terdapat papan petunjuk jalan yang cukup jelas bila ingin menyambangi Situs Payak. Kamu tinggal mengayuh sepedamu dari pusat kota Yogyakarta menuju Jalan Wonosari. Karena lalu lintasnya cukup padat, usahakan gowes pagi-pagi.
Begitu sampai di Situs Payak, kamu bisa menikmati udara yang masih sejuk. Tak banyak pengunjung yang datang kemari, namun Situs Payak masih terawat dan lingkungan di sekitarnya pun bersih.
Dibuka untuk umum dari pukul 08:00 hingga 14:00, Situs Payak sendiri berupa bangunan berbentuk U yang berada enam meter di bawah permukaan tanah. Berdasarkan data dari Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta, situs ini ditemukan sekitar tahun 1970-an oleh para pembuat batu bata. Diduga dibangun abad kesembilan, situs tersebut diperkirakan sebagai petirtaan atau bangunan pemandian atau penempatan air suci di masa lalu.
Selain menyehatkan, gowes santai mengunjungi situ-situs seperti ini juga akan menambah wawasan sejarah baru. Kamu hanya perlu mengisi buku tamu tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun jika ingin melihat Situs Payak.
Dari sini, kamu dapat melanjutkan gowes menuju Pasar Kebon Empring yang lokasinya tidak jauh dari Situs Payak, hanya sekitar 400 meter. Walau namanya pasar, yang dijual adalah berbagai kuliner tradisional khas nusantara, seperti nasi gemak, mie lethek, sego wiwit, jenang, es kuwut, kopi bumbung, dan masih banyak lagi. Harga yang ditawarkan murah meriah, yakni mulai dari Rp5.000 per porsinya.
Dalam bahasa Jawa, Kebon Empring berarti kebun bambu. Sesuai namanya, pasar ini memang digelar di area hutan bambu. Suasana asri ditambah semilir angin yang berembus di antara pepohonan bambu seolah mengusir rasa lelah sehabis mengayuh sepeda.
Tidak hanya itu, suasana menyejukkan didukung oleh keberadaan Sungai Gawe yang mengalir di dekat area pasar. Arus sungainya tidak begitu deras, sehingga warga sekitar selaku pengelola menyediakan beberapa meja dan tempat duduk kayu atau tikar di sekitar sungai. Bersantap di sini akan semakin nikmat rasanya sambil lesehan dan menikmati pemandangan.
Beroperasi setiap hari mulai pukul 08:00 hingga 18:00, Pasar Kebon Empring sudah menerapkan protokol kesehatan, seperti mewajibkan pengunjung mengenakan masker dan melalui pengecekan suhu tubuh sebelum memasuki area pasar, menyediakan tempat mencuci tangan, serta membatasi jumlah pengunjung.
Total jarak tempuh bersepeda dari pusat kota Yogyakarta ke Situs Payak dan Pasar Kebon Empring sekitar 13 km. Semua rasa lelah seakan terbayar dengan wawasan baru dan suasana yang akan kamu jumpai di perjalanan. Tubuh menjadi lebih sehat, hati pun senang.
Teks: Dionesia Ika | Editor: Melinda Yuliani