Sulawesi Utara memang terkenal dengan atraksi selamnya, baik di Taman Nasional Bunaken, maupun di sekitar Pulau Lembeh, Bangka, dan bahkan di pesisir utara Manado. Namun, pelancong yang datang kemari tak hanya dapat menikmati kekayaan bawah lautnya, tetapi juga mengeksplorasi kebudayaan warga setempatnya.
Dari sekian banyak situs budaya di provinsi ini, salah satunya yang paling menarik adalah Taman Purbakala Waruga yang terletak di Desa Sawangan, utara Kabupaten Minahasa, atau tepatnya di wilayah Airmadidi, sekitar dua jam dari kota Tomohon.
Dipugar tahun 1978 dan diresmikan tahun 1979, kompleks kuburan batu purbakala ini memiliki sekitar 144 waruga, sebutan untuk makam orang Minahasa kuno. Makam ini berbentuk kotak dengan atap yang berfungsi sebagai tutup makam yang berbentuk trapesium. Di tengah bongkahan batu kubur ini terdapat sebuah lubang yang cukup besar untuk memuat badan orang dewasa.
Mengikuti kepercayaan yang berlaku, keseluruhan waruga tersebut dibangun dengan posisi menghadap ke arah matahari terbit. Waruga tertua di Sawangan berasal dari 900 SM. Ciri-cirinya pada makam tidak memiliki ornamen pahatan, layaknya waruga yang usianya lebih muda.
Uniknya, waruga itu tak hanya digunakan untuk mengubur nenek moyang orang Minahasa, namun juga orang-orang dari bangsa asing, termasuk Jepang, Spanyol, dan bahkan Portugis.
Menurut legenda, bila seseorang telah mendekati ajalnya, ia akan diberi firasat dan tanpa bantuan siapa pun, ia akan membawa bongkahan batu besar di atas kepalanya ke tempat yang telah ditentukan. Jenazah akan diletakkan di dalam lubang sarkofagus dalam posisi duduk di atas sebuah mangkuk porselen, lengkap dengan bekal berupa berbagai jenis perhiasan.
Satu waruga biasanya dapat digunakan untuk mengubur satu keluarga, sehingga total jasa di dalamnya bisa mencapai 12. Untuk mengetahui jumlah jasad dalam suatu waruga, Anda bisa melihat jumlah garis moyang yang tertoreh di atap kubur batunya. Sejumlah ukiran juga ditemukan di waruga, yang konon menunjukkan profesi orang yang dimakamkan di dalamnya.
Seusai mengeksplorasi kompleks waruga, pengunjung juga dapat mampir ke museum kecil yang ada di seberang tempat parkir. Bangunan ini menyimpan benda-benda perbekalan yang sebelumnya diletakkan oleh keluarga di dalam waruga.
Teks: Melinda Yuliani