Rabu (08/04) tengah malam waktu setempat menjadi momen bersejarah bagi Wuhan. Setelah ditutup sejak akhir Januari 2020, kota yang menjadi titik awal pandemi corona ini telah dibuka kembali. Keputusan untuk membuka perbatasan kota Wuhan diambil setelah melihat data kasus baru di kota ini. Dalam tiga minggu terakhir, hanya ada tiga kasus positif corona di Wuhan. Dengan dicabutnya aturan lockdown ini, orang-orang dapat melakukan perjalanan keluar kota untuk bekerja maupun berkunjung ke sanak saudara.
Dicabutnya pembatasan perjalanan keluar kota disambut meriah oleh warga setempat. Momen ini dirayakan layaknya pergantian tahun baru. Orang-orang berkumpul di Jianghan, Distrik Hankou dengan semua mata tertuju pada menara jam besar di tengah kota. Begitu jam menunjukkan pukul 00:00, puluhan mobil tampak meninggalkan Wuhan lewat jalan-jalan tol yang telah dibuka kembali. Sementara operator kereta api nasional Cina memperkirakan ada 55.000 orang yang meninggalkan Wuhan menggunakan kereta di Rabu pagi.
Sebelum kembali dibukanya lalu lintas keluar kota, Wuhan telah lebih dahulu melonggarkan larangan aktivitas di luar rumah. Dalam beberapa minggu terakhir, toko-toko kecil di pinggir jalan sudah mulai dibuka kembali. Kegiatan jual beli sayuran, buah-buahan, hingga rokok dan minuman beralkohol pun sudah mulai terlihat di jalan-jalan kota Wuhan. Warga juga sudah mulai memenuhi taman-taman di sepanjang Sungai Yangtze untuk menikmati udara segar dan hangatnya sinar matahari, sesuatu yang sudah tidak mereka rasakan selama berbulan-bulan. Orang-orang tua berkumpul untuk bermain catur, sementara anak-anak berlarian di bawah pengawasan ayah-ibunya.
Transportasi umum seperti bus dan kereta bawah tanah juga sudah dibuka kembali, namun dengan jumlah penumpang yang jauh lebih sedikit dari biasanya. Kehidupan di Wuhan pun berangsur-angsur kembali normal, atau setidaknya senormal kota yang baru keluar dari wabah penyakit besar.
Akhir dari lockdown bukan berarti pemerintah lepas tangan dari Wuhan. Beberapa langkah pengamanan tetap dijalankan di kota berpopulasi 11 juta orang ini. Untuk meninggalkan kota, warga harus menyerahkan informasi berisi data diri dan data kesehatan dari aplikasi telepon buatan pemerintah. Berbagai fasilitas umum pun masih terus disemprot cairan disinfektan, terutama di rumah sakit dan sekolah-sekolah. Untuk saat ini, anak-anak masih belum bisa kembali bersekolah. Pemerintah setempat pun terus mengimbau warganya untuk membatasi aktivitas di luar rumah.
Wuhan, dan kemudian seluruh Provinsi Hubei, telah berada dalam lockdown sejak 23 Januari 2020 lalu. Keputusan ini diambil pemerintah setempat dalam upaya mencegah penyebaran virus corona. Pada waktu itu, banyak negara luar menilai langkah ini terlalu ekstrem dan hanya mungkin dilakukan oleh negara dengan sistem otoriter seperti Cina. Namun dengan memburuknya situasi saat ini, banyak negara ikut memberlakukan lockdown atau setidaknya pembatasan aktivitas di luar rumah. Langkah yang diambil Wuhan terbukti mampu memutus mata rantai penyebaran corona. Berkaca dari kota ini, negara-negara lain di dunia juga pasti dapat mengatasi pandemi ini dan kembali bangkit.
Teks: Levana Florentia | Editor: Melinda Yuliani