Banyak objek wisata alam di Gunungkidul yang bisa kamu kunjungi selain deretan gua, bukit, dan pantainya. Kawasan ini juga menyimpan Embung Batara Sriten yang merupakan telaga buatan tertinggi di Yogyakarta.
Dari tepi embung tersebut, kamu bisa menyaksikan lautan awan yang terutama cantik saat matahari terbit maupun terbenam. Lanskap lembah dan perbukitan pun tampak sejauh mata memandang.
Berada di ketinggian 859 mdpl, embung ini terkesan mudah untuk dicapai, meski dengan bersepeda sekalipun. Namun, jangan meremehkan medan untuk mencapainya.
Perjuangan untuk menuju Embung Batara Sriten begitu menantang karena jalurnya yang tadinya beraspal berubah menjadi jalan setapak maupun jalan berbatu. Medannya sendiri menanjak dan berliku-liku, sehingga cukup menguras tenaga.
Setidaknya jalur yang menanjak tersebut berjarak sekitar 7-8 km tanpa henti. Melelahkan memang, namun setidaknya kamu bisa menikmati pemandangan yang tersaji di kanan kirinya. Bila tak kuat karena terlalu terjal, jangan memaksakan diri, kamu bisa menuntun sepeda.
Perjuangan serasa terbayar setibanya di Embung Batara Sriten. Kamu bisa melihat hamparan luas telaga yang dapat menampung 10.000 meter kubik air tersebut dengan pagar besi maupun jalan conblock di sekelilingnya.
Di sekitarnya, kamu bisa menjumpai sejumlah gazebo yang cocok untuk melepas lelah sambil merasakan embusan angin sejuk khas daerah pegunungan. Opsi lainnya, kamu bisa mampir di deretan warung yang tak jauh dari embung untuk sekadar menyesap secangkir minuman hangat dan mengudap gorengan.
Bila kaki masi kuat melangkah, cobalah menuju Puncak Mangir yang ada di belakang embung. Dari puncak tersebut, kamu bisa menyaksikan pemandangan 360 derajat dari wilayah di sekitar embung. Bahkan Rawa Jombor dan Waduk Gajah Mungkur bisa terlihat dari sini.
Waktu terbaik bersepeda ke Embung Batara Sriten adalah pagi hari menjelang matahari terbit maupun sore hari sebelum matahari terbenam. Sebelum berangkat, pastikan sepeda dalam kondisi prima, dan kalau perlu siapkan peralatan yang kamu butuhkan untuk kondisi darurat, seperti ban bocor.
Bila hujan turun, jangan memaksakan untuk melanjutkan perjalanan. Pasalnya, jalurnya yang bercampur tanah akan menjadi licin dan bisa membahayakan.
Teks: Melinda Yuliani