Mengenang Perang Dunia II di Monumen Parai, Biak

Foto: Dok. Google Maps/Kaki Panjang

Banyak orang rela menempuh perjalanan panjang menuju Biak, Papua untuk menikmati keindahan alamnya. Namun belum banyak yang tahu kalau pulau ini juga menyimpan Monumen Perang Dunia II.

Tujuh dekade lalu, Biak menjadi medan pertempuran antara tentara Jepang dengan Sekutu saat Perang Dunia II. Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangunlah Monumen Perang Dunia II di Kampung Anggraidi.

Foto: Dok. Google Maps/T-Journey

Kampung itu dulunya bernama Parai, sehingga warga setempat kerap menyebut Monumen Perang Dunia II sebagai Monumen Parai. Dibangun pada 1992 dan diresmikan pada 1994, monumen ini merupakan proyek kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan Jepang.

Monumen Perang Dunia II

Ada baiknya berkunjung kemari dengan ditemani pemandu. Selain dapat menceritakan sejarah saat para serdadu Jepang mendarat di Biak, mereka juga dapat menjelaskan elemen di monumen tersebut yang ternyata punya arti tersendiri.

Foto: Dok. Google Maps/Luthfi Naufal

Misalnya, bentuk kubah melengkung di bagian depan monumen rupanya menandakan Gua Jepang yang ada di Biak. Sementara bagian belakang yang meruncing melambangkan Alpha dan Omega (awal dan akhir).

Di depan kubah, kita bisa melihat tonggak batu tersebar di pelataran monumen yang melambangkan para serdadu Jepang. Di depannya lagi, kita bisa melihat sebuah tembok melengkung bertuliskan Monumen Perang Dunia Ke II maupun terjemahannya dalam bahasa Inggris maupun Jepang.

Foto: Dok. Google Maps/Supri Yatno

Di sinilah biasanya para pengunjung berfoto sambil duduk-duduk di batu yang ada di dekat tembok. Tanpa pemandu, kita tak akan tahu kalau batu-batu tersebut rupanya melambangkan delapan panglima perang yang berkuasa pada saat perang terjadi.

Di dalam kubah, terdapat dua buah meja berbentuk telapak kaki dan kotak. Bentuk telapak kaki menceritakan bahwa Jepang pertama kali menginjakkan kaki di Biak, dan bentuk kotak menggambarkan dipan yang digunakan oleh para tenaga medis saat perang.

Foto: Dok. Google Maps/Salus Yustian

Selain elemen yang memiliki banyak arti, di area ini terdapat sebuah ruangan yang terletak di bawah tanah dan berupa lorong sepanjang 10 meter. Di dalamnya, kamu bisa menjumpai bendera Jepang, foto-foto tentara Jepang, maupun abu kremasi jenazah tentara Jepang yang tewas pada Perang Dunia II saat Sekutu membom Pulau Biak.

Akses menuju Monumen Perang Dunia II karena letaknya di tepi pantai yang sering dikunjungi warga setempat. Kamu bisa mencapainya naik kendaraan bermotor dengan waktu tempuh sekitar 15 menit dari pusat kota Biak.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here