Aperture dan Labyrinths di ROH Pamerkan Karya-karya Davy Linggar dan Herman Chong

Foto: Instagram @rohprojects

Menutup 2022, galeri seni ROH Projects menampilkan dwipameran tunggal bertajuk Aperture dan Labyrinths (Libraries). Berlangsung hingga 8 Januari 2023, pameran ini menghadirkan karya-karya dari seniman Davy Linggar di Galeri Apple dan Heman Chong di Galeri Orange.

Pameran ini merupakan pameran tunggal pertama dari kedua seniman tersebut di ROH Projects. Davy Linggar merupakan seniman kelahiran Jakarta tahun 1974. Sementara Heman Chong merupakan seniman kelahiran 1977 yang berasal dari Malaysia dan besar di Singapura.

Aperture

Lewat Aperture, Davy Linggar mempersembahkan karya-karya barunya yang tercipta dari tangkapan mata maupun kejelian yang lahir dari benaknya. Entah itu fotografi, gambar, lukisan, ataupun instalasi, setiap karya yang ia buat berkaitan dengan memori-memori tertentu terhadap waktu dan tempat yang tertuang pada karyanya.

Foto: Instagram @rohprojects

Uniknya, Linggar menggunakan panel-panel kayu dengan ukuran yang sama untuk menampilkan lukisan ciptaannya. Walau demikian, tampilannya secara keseluruhan tidaklah monoton, melainkan menarik perhatian untuk mengintip lukisan apa yang ia tampilkan.

Menonjolkan warna, corak, dan saturasi, sejumlah lukisan seperti ‘Vogue’, ‘Respite’, dan ‘Lustrate’ sengaja ia tampilkan dalam monokromatik. Hasilnya adalah permainan antara kontras mentah dan tekstur sebagai titik fokusnya, yang bisa jadi merujuk pada karya fotografi hitam-putih Linggar.

Hal ini tampak jauh berbeda dengan lukisan seperti ‘Red Hot’ dan ‘Unlikely’ yang mengekspresikan ketajaman suasana, atau ‘Journey, Vague, Bliss, Rapture’ yang menggunakan warna-warna alami seperti cokelat dan krem untuk mempertajam karakter panel kayu.

Foto: Instagram @rohprojects

Karya-karyanya di Aperture mewakili gaya hidup kosmopolitan masa kini, serta mengundang penikmat seni untuk mempelajari cara melihat karya-karya tersebut dengan pikiran maupun merasakan hal-hal di luar pemahaman yang hadir lewat lukisannya.

Labyrinths (Libraries)

Sementara itu, Heman Chong menggunakan praktik berlapis dan transdisipliner keseniannya untuk mengungkap kerumitan sosiopolitik dunia. Sesuai tajuk pamerannya, yakni Labyrinths (Libraries), ia membuka pemahaman atas kerumitan tersebut lewat sejumlah format yang berbeda, dari lukisan, instalasi, hingga performans.

Salah satunya adalah ‘Labyrinths (Libraries)’ yang berupa sekumpulan gambar menyerupai peta-peta ruangan yang amat tertata, dan hampir tak ada sisa untuk improvisasi. Ia menggores garis-garis horizontal dan vertikal pada permukaan lukisan tersebut, membentuk jalan yang ditentukan dalam benak kita.

Foto: Instagram @rohprojects

Sementara itu, ‘Everything (Wikipedia)’ menampilkan seseorang yang berjalan mengelilingi suatu ruangan sembari membaca sesuatu dari ponselnya, dari laman artikel hari ini hingga Wikipedia yang dapat ia akses dengan koneksi internet.

Ia membaca masing-masing artikel tersebut satu demi satu, tanpa menunjukkan emosi dalam pelafalannya. Menurut Herman, performans berdurasi ini adalah usaha percuma menyuarakan representasi keutuhan pengetahuan manusia.

“Kaitan antara tautan demi tautan pada akhirnya mengantar pembaca pada artikel yang sama sekali tidak berhubungan dengan artikel pertama pada laman artikel hari ini,” jelasnya.

Foto: Instagram @rohprojects

Karya lainnya yang tak kalah menarik adalah ‘(Free) Trade’, yang lahir dari ketertarikan Heman akan infrastruktur kehidupan sehari-hari. Ia mentransposisi bilik pasar seni yang serbaada ke dalam galeri, menciptakan ruang kontemplasi yang lepas dari struktur.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here