Kabupaten Gowa di Sulawesi Selatan menyimpan sejumlah air terjun yang menawan, salah satunya adalah Air Terjun Parangloe yang terletak di Desa Belapunranga, Kecamatan Parangloe.
Berada di kompleks Perhutani, air terjun yang tersembunyi di balik belukar di tengah hutan ini memiliki susunan bertingkat-tingkat dari ketinggian sekitar 30 meter dan terpecah menjadi beberapa jalur, sehingga membentuk formasi yang memukau. Tak heran bila air terjun ini dijuluki Niagara mini versi Kabupaten Gowa.
Sumber airnya berasal dari sungai selebar 15 hingga 20 meter yang beraliran deras. Karena aliran sungainya bermuara di Air Terjun Bantimurung, Air Terjun Parangloe juga dikenal dengan nama Air Terjun Bantimurung 2.
Dikelilingi rimbunnya pepohonan, kolam yang terbentuk di bawah air terjun bisa digunakan untuk bermain air atau berenang, namun berhati-hatilah karena ada yang dalamnya mencapai 4-5 meter. Selain itu, waspada pula akan kemungkinan air bah, terutama di musim hujan ketika debit airnya besar. Biar aman, cukup bermain air di tepi saja, jangan sampai ke tengah.
Untuk mencapai Air Terjun Parangloe, kamu mesti menempuh setidaknya dua jam perjalanan berkendara dari Makassar dengan mengikuti jalur Makassar-Gowa-Malino. Karena cukup jauh, berangkatlah sepagi mungkin agar tidak terlalu sore tiba di air terjun.
Ada beberapa pintu masuk, namun salah satu yang direkomendasikan adalah via Manggala Agni Daops Gowa. Dari situ, kamu bisa memarkirkan kendaraan, lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Jangan lupa membawa bekal, untuk berjaga-jaga kalau tidak ada penjual makanan dan minuman di lokasi.
Medannya sendiri berupa jalur berbatu sejauh dua kilometer yang rawan tergenang air di musim hujan dan melewati hutan. Durasi perjalanan sekitar 40 menit, dan di bagian akhir perjalanan harus melewati jalur curam dengan kemiringan 30 hingga 45 derajat yang tertutup semak.
Dikelilingi bukit berhutan lebat, pastikan rute yang benar dengan mampir dulu di kantor Perhutani untuk meminta informasi, berhubung tidak adanya petunjuk jalan yang jelas sehingga pengunjung rawan tersesat.
Dengan mengobrol bersama petugas Kantor Perhutani juga dapat diketahui kondisi debit air, karena air bah sering datang tiba-tiba bila debit air sedang tinggi dan beberapa kali telah memakan korban jiwa.
Meski dijuluki sebagai surga yang tersembunyi, tempat ini belum cocok untuk dijadikan tempat wisata keluarga, berhubung aksesnya yang sulit dan medan yang berbahaya di musim hujan.
Teks: Melinda Yuliani