Berbicara benteng di Makassar, biasanya hal yang pertama terlintas adalah Fort Rotterdam. Tak heran, dengan lokasinya yang terletak dekat Pantai Losari, kebanyakan wisatawan memilih untuk melewatkan sore di sini sembari duduk-duduk di pelatarannya yang kerap disapu angin sepoi-sepoi.
Namun, Makassar memiliki benteng lain peninggalan Kerajaan Gowa, yakni Benteng Somba Opu. Lokasinya di pesisi selatan Makassar, atau tepatnya di Kecamatan Barombong dan bisa ditempuh dengan berkendara selama setengah jam dari Fort Rotterdam.
Merupakan benteng utama Kerajaan Gowa, benteng ini awalnya didirikan oleh Raja Gowa IX, sebelum kemudian dilanjutkan oleh raja-raja setelahnya. Dibangun untuk melindungi kawasan sekitarnya dari serangan Belanda, konon benteng ini merupakan benteng paling kuat yang pernah dibangun di Nusantara.
Seluas sekitar 15 hektar, sisi-sisi bentengnya memiliki panjang dua kilometer dengan tinggi sekitar 7-8 meter dan tebal 3,5 meter. Terbuat dari bata merah, susunan dan ketebalan dindingnya saja sudah membuat musuh bergidik lebih dahulu sebelum menyerang benteng milik Kerajaan Gowa ini.
Sayangnya, benteng ini berhasil dikuasai VOC dan dihancurkan, sebelum kemudian terendam ombak pasang. Karena itu, jangan bayangkan benteng ini akan tampak gagah seperti Fort Rotterdam, karena kini tembok supertebalnya sudah tidak tersisa lagi dan hanya menyisakan tiga bastion.
Namun di kompleks benteng yang luas dan merupakan bekas pusat pemerintahan Kerajaan Gowa ini kini dikembangkan menjadi semacam Taman Mini Indonesia Indah, di mana terdapat rumah-rumah adat berbagai suku yang ada di Sulawesi. Biasanya setiap sore di akhir pekan, sering terlihat kelas musik dan tarian tradisional, di mana wisatawan dapat ikut bergabung bersama para murid untuk menarikan tarian khas Sulawesi Selatan.
Ada pula sebuah museum yang memiliki meriam hasil rekonstruksi dari meriam asli yang pernah dibangun di Benteng Somba Opu. Koleksi lainnya termasuk material yang pernah digunakan untuk membangun benteng, peluru, gerabah, alat upacara, pakaian tradisional, replika senjata tradisional, hingga mata uang yang pernah digunakan di Sulawesi.
Saat ini, kompleks tersebut memang kurang terawat dan perlu mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Namun, tetap luangkan waktu sejenak untuk mampir kemari dan melihat benteng yang menjadi saksi sejarah penting di Makassar ini.
Teks: Melinda Yuliani