Menyambangi Pandai Singkek, Desa Perajin Songket di Tanah Datar

Berencana road trip suatu hari nanti saat ke Sumatera Barat? Jangan lupa masukkan Desa Pandai Sikek ke dalam rencana perjalananmu ya!

Desa ini terletak di Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar. Lokasinya tak jauh dari Lembah Anai, sebelum masuk Bukittinggi. Kalau dari arah Padang, desa ini terletak di sebelah kiri jalan.

Desa ini sudah lama terkenal dengan kerajinan kain tenun songketnya yang indah dan mewah. Di masa lalu, pembuatannya bahkan menggunakan benang dari emas murni, sehingga kain ini dianggap sebagai simbol kemewahan dalam status.

Kain songket ini sendiri terdiri dari beberapa jenis, yaitu benang satu (Tuhuak Ciek), dua (Tuhuak Duo), empat (Tuhuak Ampek), dan enam (Tuhuak Anam). Benang satu jauh lebih mahal dibandingkan benang dua dan empat karena waktu yang diperlukan untuk menenunnya lebih lama dan membutuhkan ketelitian tinggi.

Songket benang satu biasanya terbuat dari benang berwarna cerah. Hal ini karena pengrajin akan kesulitan melihat benang ketika menenun jika menggunakan warna gelap. Bagi yang menyukai variasi warna, songket benang empat hadir dalam warna yang beragam.

Tenun songket Pandai Sikek seluruhnya dikerjakan menggunakan tangan dengan peralatan tradisional yang terbuat dari kayu dan bambu. Lama pembuatannya tergantung ukuran, jenis, dan kerumitan motifnya.

Setidaknya diperlukan waktu satu bulan untuk menyelesaikan sehelai selendang, belum dengan kain bawahannya. Sedangkan untuk benang dua, kira-kira dibutuhkan tiga minggu dan benang empat bisa hanya dua minggu.

Hasil songket benang satu memang lebih halus dan lentur, karena semakin banyak benang maka songket akan hilang kelenturannya sehingga kaku, tebal, dan kurang nyaman dikenakan. Karena itulah biasanya orang kaya atau kalangan bangsawan lebih memilih songket benang satu.

Motifnya sendiri beragam, dengan beberapa di antaranya yang khas antara lain saik kalamai (berbentuk seperti wajik), barantai merah, simasam, dan buah palo. Namun, motif yang wajib ada pada songket Pandai Singkek sebagai perangkat upacara adat maupun produk-produk praktis adalah batang pinang (pohon pinang), bijo bayam (biji bayam), dan saluak laka. Selain itu, warna dasarnya umumnya merah dan hitam, dengan hiasan kuning keemasan.

Karena bahan dan cara pengerjaannya, songket awalnya dianggap sebagai kain mewah untuk para bangsawan. Namun seiring perkembangan zaman, songket tak lagi ditujukan untuk golongan masyarakat kalangan atas semata, karena harganya bervariasi.

Benang yang tadinya dari emas murni diganti emas sintetis agar lebih terjangkau. Meski demikian, kualitas songket masih diakui sebagai bentuk kesenian yang anggun dengan harga yang cukup tinggi dibanding jenis songket lainnya.

Kalau tertarik membelinya, kamu bisa berkunjung langsung ke sentra perajin songket di Desa Pandai Sikek. Harganya per lembar bisa mencapai jutaan rupiah, namun sebaiknya memang tidak ditawar, karena harga tersebut sesuai dengan kainnya yang berkualitas wahid, selain merupakan bentuk apresiasi terhadap produk kreatif yang diciptakan para perajin.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here