Bersepeda tak harus melulu di jalan-jalan dalam kota atau di kawasan hijau seperti taman dan hutan kota. Sesekali, padukan juga dengan kunjungan ke tempat-tempat wisata yang anti-mainstream.
Bila kebetulan sedang berada di Malang, kamu bisa bersepeda sembari berwisata ke salah satu candinya. Sebagian besar candi di sini merupakan peninggalan kerajaan Singasari yang sempat berjaya pada masanya. Tak heran bila Candi Singasari menjadi salah satunya yang paling sering dikunjungi.
Meski begitu, masih banyak candi lain yang bisa kamu sambangi. Salah satunya adalah Candi Kidal. Situs sejarah ini namanya masih asing di kalangan wisatawan karena lokasinya yang berada di kawasan pedesaan.
Padahal, situs ini terawat dengan baik dan masih berdiri kokoh hingga sekarang. Taman di sekitar candi pun tertata apik, dengan rerumputan hijau dan pepohonan besar di sekelilingnya. Dengan lingkungan yang bernuansa pedesaan, suasana pun terasa semakin asri.
Untuk mencapainya, kamu dapat memulai gowes dari Taman Velodrome. Dari situ, jarak tempuhnya sekitar 9 km hingga tiba di Candi Kidal. Lokasi Candi Kidal sendiri berada di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, sekitar 13 km jauhnya dari pusat kota Malang.
Perjalanan akan melewati kawasan permukiman warga dan persawahan hijau. Karena melintasi pedesaan, kamu akan sesekali disambut warga dengan sapaan dan senyuman. Beberapa di antara mereka bahkan menawarkan tempat beristirahat atau berteduh di bawah pohon.
Setibanya di lokasi, kamu akan menjumpai papan bertuliskan Candi Kidal. Bangunan candi itu sendiri tak akan kelihatan dari jauh, karena tertutup oleh rumah-rumah warga. Kamu bisa memarkirkan sepeda di dekat pintu masuk candi, lalu berjalan kaki sebentar memasuki kawasan candi.
Candi Kidal ini dibangun pada 1248 untuk menghormati jasa besar Anusapati, raja kedua Kerajaan Singasari yang memerintah selama dua dekade. Secara keseluruhan, bangunan ini memiliki perpaduan corak candi Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan bangunan yang terbuat dari batu andesit dan berdimensi geometris vertikal.
Di bagian depan, kamu bisa melihat tumpukan tangga yang mengarah ke bagian dalam candi. Persis di atas pintu masuknya, terdapat kepala kala atau hiasan candi berupa muka kepala raksasa dengan mata melotot dan dua taring besar.
Keberadaan taring besar pada kepala kala tersebut menunjukkan ciri khas candi bercorak Jawa Timur. Sementara ukiran berupa jari-jari tangan dengan mudra mengancam di sisi kanan dan kirinya menunjukkan peran kala yang diyakini sebagai penjaga bangunan suci, penolak bala, atau pengusir roh jahat.
Walau candi ini tak memiliki satu arca pun, kamu bisa mengagumi keindahan pahatan pada tubuh candi. Pada bagian alasnya, misalnya, terdapat relief yang mengisahkan legenda Garudeya, seekor garuda yang berhasil membebaskan ibunya dari perbudakan dengan tebusan air suci amerta. Konon, relief ini dipahat berdasarkan amanat Anusapati yang ingin meruwat ibunya, Ken Dedes, agar lepas dari penderitaan.
Untuk memasuki kawasan Candi, kamu tidak akan dipungut biaya sepeser pun. Namun, wisatawan dipersilakan berdonasi secara sukarela untuk pemeliharaan candi. Jam operasionalnya sendiri setiap hari mulai pukul 08:00 hingga 17:00.
Teks: Melinda Yuliani