Mengenal Budaya Sasak di Desa Sade, Lombok Tengah

Setelah menikmati keindahan pantai-pantai di Lombok maupun kulinernya yang khas, jangan lekas pergi dulu. Masih banyak atraksi menarik yang ditawarkan pulau ini. Salah satunya adalah Desa Sade di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Desa ini merupakan tempat terbaik untuk mengenal budaya Sasak yang unik dengan suasana perkampungan yang masih autentik.

Walau namanya desa, lokasinya di pinggir jalan raya, jadi mudah diakses dengan kendaraan roda empat sekalipun. Letaknya juga tak jauh dari bandara, hanya 10 km atau 20 menit berkendara, sehingga wisatawan biasanya mengunjungi desa ini sebelum ataupun sesudah mengeksplorasi atraksi lainnya di kawasan pesisir Lombok.

Memasuki desa, kamu akan disambut oleh penduduk desa yang ramah. Biasanya, mereka menawarkan diri menjadi pemandu untuk menemani keliling kampung sekaligus menceritakan keistimewaan rumah (atau bale dalam bahasa Sasak) yang ada di Desa Sade.

Terbuat dari bambu dengan atap alang-alang kering, mereka akan memperlihatkan bagaimana bangunan ini menyejukkan saat cuaca terik dan hangat di malam hari. Kamu juga bisa mengintip bagian dalam rumah yang dilengkapi ruang tamu, kamar, dan dapur.

Sembari berkeliling, sang pemandu akan menceritakan kalau warga setempat memiliki kebiasaan unik, yakni mengepel lantai rumah menggunakan kotoran sapi atau kerbau yang dicampur sedikit air. Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap dua bulan. Walau demikian, bau kotoran tersebut tak tercium sama sekali. Malahan, rumahnya terlihat nyaman untuk ditinggali.

Dulu, ketika belum ada plester semen, kotoran ini digunakan agar lantai yang berbahan tanah liat dapat merekat dengan sempurna. Kebiasaan tersebut terus dilakukan hingga kini agar lantai tak keropos, selain ada kepercayaan kalau kotoran tersebut dapat mengusir serangga dan menangkal serangan magis yang ditujukan kepada penghuni rumah.

Kelar melihat bangunan rumahnya yang unik, kamu akan diajak melihat proses pembuatan kain tenun khas Lombok yang dipintal manual dari kapas. Menenun adalah suatu proses yang sangat rumit. Untuk persiapan saja butuh setidaknya satu minggu, yaitu untuk mengikat benang demi mendapatkan motif yang diinginkan. Sama seperti kilt Skotlandia, dari motif tenun dapat diketahui dari keluarga mana si penenun berasal.

Secara adat, laki-laki dilarang menenun karena bila duduk terlalu lama menenun dipercaya bisa berpengaruh kepada kesuburan reproduksi. Namun, kalau dipikir-pikir, memang hanya perempuan yang mampu mengerjakan keterampilan sedetail menenun. Konon syarat seorang perempuan untuk bisa dilamar adalah kalau ia sudah bisa menenun.

Foto: Instagram @ayulia_kusuma

Bila ingin membeli kain tenun, belilah di Desa Sade ini. Tak hanya menjual kain, mereka juga menawarkan barang dagangan mereka yang lain, seperti gelang, kalung, dan pernak-pernik lainnya yang cocok untuk oleh-oleh. Harganya pun terbilang murah, karena dibeli langsung dari warga yang membuatnya.

Puas berbelanja, kamu dapat berfoto di beberapa spotnya yang menarik, seperti Pohon Cinta yang biasanya menjadi tempat bertemunya pasangan yang berniat untuk kawin lari. Tradisi yang dinamai kawin culik ini masih dilakukan hingga sekarang, di mana sang pria akan “menculik” pasangannya dan membawanya lari. Barulah setelah itu ia meminta restu ke pihak keluarga perempuan.

Foto: Instagram @tanialitadevi

Wah, unik bukan Desa Sade ini? Biaya masuk maupun pemandunya pun sukarela, dan kamu bahkan bisa mencoba mengenakan pakaian adat di sana untuk berfoto dengan latar rumah tradisional.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here