Hari Film Nasional, Yuk Nonton 3 Film Pilihan Karya Usmar Ismail

Hari Film Nasional yang diperingati setiap 30 Maret tak bisa lepas dari peran Usmar Ismail. Sutradara sekaligus produser film ini dianggap sebagai pelopor perfilman Indonesia berkat karyanya yang berjudul “Darah dan Doa” (1950).

Film tersebut mengisahkan perjalanan pulang prajurit divisi Siliwangi setelah Yogyakarta diserang dan diduduki pasukan Belanda. Dipimpin Kapten Sudarto, perjalanan tersebut berakhir setelah Indonesia diakui kedaulatannya secara penuh.

Fokus film itu sendiri pada Kapten Sudarto, yang tidak digambarkan sebagai pahlawan, melainkan manusia biasa. Meski sudah beristri, dalam perjalanan pulang tersebut ia jatuh cinta pada perempuan lain.

Foto: Dok. Perfini

“Darah dan Doa” menjadi film nasional pertama yang diproduksi oleh Indonesia setelah merdeka. Usmar Ismail tak hanya menjadi sutradaranya, namun sekaligus produser lewat Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia).

Di tahun-tahun berikutnya, Usmar Ismail juga aktif menggarap film-film lainnya, termasuk “Pedjuang” (1960) yang mendokumentasikan kemerdekaan Indonesia dari Belanda. Film tersebut bahkan menjadi film nasional pertama yang diputar di festival film internasional.

Nah, kalau kamu tertarik menonton film-film lain yang disutradarai Usmar Ismail, kamu bisa menyaksikannya secara gratis via situs Kinosaurus Virtual Cinema. Waktunya terbatas, sampai 4 April saja, jadi jangan sampai kelewatan ya! Apalagi film-film tersebut jarang tampil di publik, jadi ini merupakan kesempatanmu untuk menontonnya.

Total ada tiga film karya Usmar Ismail yang diputar di situs tersebut, yakni sebagai berikut.

  1. Lewat Djam Malam (1954)

Film ini mengambil latar Bandung tahun 1950-an, yang pada masa itu merupakan kota rawan dengan tingkat kriminalitas tinggi, sehingga jam malam pun diberlakukan. Kisah bermula ketika Iskandar (A.N. Alcaff) yang seorang bekas perwira militer berniat untuk menjalani kehidupan normal di Bandung.

Foto: Dok. Perfini

Namun, ketika berupaya mencari pekerjaan, ia justru mendapati mantan-mantan temannya di militer melakukan korupsi di tempat kerja barunya dengan mengatasnamakan perjuangan mereka.

Klik laman berikut untuk mengakses film ini.

  1. Anak Perawan di Sarang Penjamun (1962)

Film ini mengisahkan tentang pimpinan perampok bernama Medasing (Bambang Hermanto). Suatu hari, ia bersama anak buahnya melacak seorang pedagang kaya dan keluarganya yang baru saja pulang dari perjalanan bisnis. Ia kemudian berhasil menyelinap dan menculik Sayu (Nurbani Jusuf), anak perempuan sang pedagang, untuk dijadikan tawanan.

Foto: Dok. Perfini

Selama diculik, Sayu diperlakukan baik oleh Medasing. Lama-kelamaan, Sayu pun jatuh hati dan berusaha membujuk Medasing agar insaf dan mengubah cara hidupnya.

Klik laman berikut untuk mengakses film ini.

  1. Liburan Seniman (1965)

Film ini menceritakan seorang penulis bernama Suromo (Sukarno M. Noor) yang mencoba menyampaikan pesan penderitaan rakyat lewat karya seni. Gagasan ini sendiri terinspirasi oleh pidato mantan presiden Sukarno.

Foto: Dok. Perfini

Tokoh lain dalam film ini adalah seorang pelukis bernama Rutaf (Rachmat Hidayat) dan serta seorang sutradara bernama Kadjiman (Menzano). Ketiganya kemudian bertemu dan bekerja sama dengan seorang pejuang (Aedy Moward) yang memiliki minat pada dunia seni.

Klik laman berikut untuk mengakses film ini.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here